Ayahnda

Ayahnda

Jumaat, 30 Disember 2011

Warkah daripada Ayahnda Imam al-Ghazali buat seluruh umat Baginda Nabi Muhammad s.a.w.



Kepada Seluruh Ulama Terkemuka

Nabi s.a.w. telah bersabda, “Dunia ini nyata-nyata bersifat keji dan jahat. Ia telah jatuh ke dalam kehinaan yang luar biasa. Segala sesuatu yang ada di dalamnya terkutuk, kecuali apa-apa yang benar-benar ditujukan kepada Allah.”

Orang-orang yang menjalani kehidupan menurut adat kebiasaan, munafik dan penuhi kehendak peribadi serta menyibukkan diri dalam menumpuk kekayaan, hanyalah menanam benih-benih kerusakan dan kecelakaan yang, mengakibatkan kehancuran muka bumi. Dunia ini adalah sarana, sedangkan akhirat adalah tujuan. Orang bijaksana adalah orang yang mengumpulkan amal-amal baik di sini sebagai bekal perjalanannya menuju akhirat. Nabi s.a.w. telah memperingatkan hal yang sama di dalam hadis : “Wang yang diperoleh dengan jujur adalah sumber kekuatan yang amat besar bagi seorang manusia yang jujur.”

Kebajikan-kebajikan yang terbaik adalah suka menghormati para ulama dan muttakin, dan wang yang terbaik adalah sedekah kepada mereka. Tidak ada jalan keselamatan yang lebih daripada melegakan hati hamba-hamba Allah yang takwa.
Salam takzim,
Al-Ghazali


Kepada Para Pemimpin Di Seluruh Dunia
 Allah berfirman, “Dan siapapun yang melakukan perbuatan baik walau hanya seberat zarah, Dia akan melihatnya nanti. Dan siapapun melalukan perbuatan jahat walau sebesar zarah, Ia pun akan melihatnya nanti.” (Surah Az-Zalzalah : ayat 7 dan 8)

Tingkahlaku manusia; ucapan dan diamnya, kedermawanan atau keserakahannya, adalah khazanah agung yang tak boleh terpisah dari manusia. Itu semua adalah benih-benih kecelakaan yang ia taburkan ke segala arah. Meskipun ia acuh tak acuh terhadap apa yang ia kerjakan, tetapi para Malaikat penjaga mencatat perbuatan baik atau jahat yang dilakukan manusia. Allah selalu dekat kepada orang-orang yang mencari-Nya. Sementara itu, hanya orang-orang tersingkir terlalu jauh daripada-Nya sajalah yang tidak mengingati-Nya. Juga dengan tindakan-tindakannya, ia tak dapat mengakui bahwa Ia (Yang Maha Hadir dan Maha Tahu) mengetahui dan melihat segala yang dikerjakannya.
 Pada saat manusia mati, daftar perbuatan-perbuatannya sejak awal hingga akhir hayatnya ditunjukkan kepadanya, “Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan yang dihadapkan kepadanya, begitu juga kejahatan yang telah dikerjakannya, ia ingin kalau sekiranya antara ia dan hari itu ada masa yang jauh. Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)Nya dan Allah sangat Penyayang terhadap hamba-hambaNya.” (Al-Quran surah ali-Imran ayat 30)

Nanti perbuatan baik seberat zarah sekali pun akan ditempatkan dalam satu lengan timbangan, sedang perbuatan jahat dalan satu yang lain. Manusia akan dihadapkan pada keputusan Neraca (Mizan) dan dia akan sangat khawatir dan gelisah untuk mengetahui lengan timbangan mana yang naik dan mana yang turun. 

 Adapun orang-orang yang berat timbangan kebaikannya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan orang-orang yang ringan timbangan kebaikannya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawariyah. Dan tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? Yaitu api yang sangat panas.” (Surah al-Qaari’ah : ayat 6 – 11)

Pada hari itu, timbangan (kebaikan) orang-orang kaya akan ringan, kerana mereka menghabiskan wang mereka untuk memuaskan nafsu-nafsu kebinatangan mereka, sedang timbangan (kebaikan) orang-orang yang hina (miskin) akan berat, kerana mereka menggunakan wang mereka untuk menjalankan perintah-perintah Allah. Orang yang menghabiskan seluruh kekayaannya untuk bersedekah, akan memperolehi keselamatan yang sempurna dan pasti akan terhindar dari bahaya yang terdapat dalam pemilikan benda-benda keduniaan. 

Abu Bakar Siddiq r.a. menghabiskan tanah dan hartanya yang banyak, dan meletakkannya di kaki Nabi s.a.w. Ketika ditanya apa yang ditinggalkannya bagi kerabatnya, Abu Bakar Siddiq r.a. menjawab, “Saya yakin bahwa Allah dan RasulNya akan menganugerahkan saya keuntungan yang cukup, agar dapat menawarkan kegelisahan saya unutk nafkah keluarga saya”. Peristiwa ini terjadi ketika suatu kali Nabi s.a.w. menyatakan, “Orang-orang kaya telah hancur. Hanya yang menebarkan kekayaannya ke segala arah sahajalah yang bertahan hidup; yang membantu orang miskin dan melaksanakan perintah-perintah Allah”.

Kerana manusia bersifat kikir dan tidak ingin membelanjakan wangnya kecuali untuk kepentingan pribadinya sendiri, maka wajiblah atasnya membelanjakan wangnya hanya bagi orang-orang yang benar-benar memerlukan bantuan kewangannya, agar Allah s.w.t. menganjarnya berlipat kali ganda di Hari Pengadilan yaitu ketika nilai tukar bagi satu perak yang diberikan kepada orang yang memerlukan lebih daripada seribu perak.

 Wang yang disedekahkan oleh seseorang kaya mesti diperolehi secara jujur dan dibagikan di antara para ulama dan Muttaqien yang tidak memiliki sumber pendapatan dapat menjadi sandaran di masa-masa sulit. Allah s.w.t. berfirman, 

 Wahai orang-orang yang beriman, jangan sia-siakan pemberian sedekahmu dengan menyebut-nyebut dan melukai perasaan penerimanya, seperti orang yang menafkahkan hartanya kerana riya’ kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian.” (Al-Quran surah al-Baqarah ayat 264)
Sahabat Anda yang tulus,
Al-Ghazali


Kepada Siapa saja yang Berkepentingan.

Nabi s.a.w. telah memperingatkan : “Yang paling ditakuti dan yang paling aku takutkan terjadi atas umat-umatku adalah ilmuan (ulama) yang jahat.” Ilmuan yang jahat (ulama-us-suu’) akan merasakan penderitaan dan kesedihan tanpa akhir.
Ulama dapat dikelompokkan menjadi tiga :
  1. Ulama-ulama yang jahil dan najis; mereka memiliki satu jenis kepandaian yang bukan merupakan pengetahuan. Mereka tidak mengharap dan tidak pula menginginkan kebenaran abadi yang dikenal lewat pengalaman. Mereka dituturkan oleh firman Allah dalam Al-Quran berikut ini : 

Mereka itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah, dan mereka itulah orang-orang yang acuh tak acuh (pada hakikat-hakikat kehidupan abadi). Pastilah mereka di Hari Pengadilan termasuk orang-orang rugi.” (Surah An-Nahl : ayat 108 dan 109)
  1. Ulama-ulama yang perasaan-perasaannya tidak ada isinya, yang duduk berpangku tangan dan terus memikirkan keluh kesah mereka kerana tidak pernah melakukan sesuatu amal baik apapun.

  2. Ulama-ulama yang menjaga cara para muslim salaf (terdahulu) dan orang-orang yang termasyur di antara mereka – yakni para sahabat Nabi s.a.w. – sebagai lintasan yang benar menuju tujuan puncak, yaitu pencapaian keakraban dengan Allah dan kedamaian akhir dalam penglihatan yang indah. Ketika kedekatan akhir telah diperolehi, jiwa-jiwa mereka menjadi terserap ke dalam Ketuhanan. Beruntunglah mata yang telah melihat mereka atau orang-orang yang telah melihat mereka. Anda tidak tahu betapa saya sangat ingin untuk dapat melihat mereka dengan mata kepala saya sendiri.

Berikut ini adalah ayat Al-Quran yang ditujukan bagi ketiga kelompok ini. 
 
Tetapi sebagian mereka menganiaya diri mereka sendiri dan sebagian di antara mereka ada yang melampaui orang-orang lain dengan amal-amal baik dengan kehendak Allah.” (Surah Faathir : ayat 32)

Saya berdoa kepada Allah s.w.t. agar Ia memasukkan kita di antara hamba-hambaNya yang paling ikhlas dan menyelamatkan kita dari tipuan orang-orang yang mencampakkan diri dalam kesenangan-kesenangan duniawi.

 Allah s.w.t. telah menyediakan karuniaNya bagi orang-orang takwa yang berpaling dari benda-benda dan kesia-siaan duniawi dan menghindarkan diri dari hal-hal yang dilarang. Hanya ada sedikit manusia di antara ribuan yang “mencari pengetahuan” – dalam arti yang sebenarnya istilah itu – dan menjauhkan diri dari kesenangan, kekayaan dan kekuasaan yang merupakan sasaran umum kebanyakan manusia. Masih sedikit di antara para ulama yang mengetahui hal-hal tersebut berdasarkan limpahan karunia dan bukan penelitian-penelitian yang penuh tumpuan atau perjuangan yang melelahkan dalam mencapainya.

Yang lebih sedikit lagi di antara manusia yang memiliki pengetahuan adalah yang menjadikan Allah s.w.t. dan dunia rohani sebagai hakikat-hakikat yang selalu hadir dalam kerutinan kehidupan sehari-hari. Pengetahuannya mengungkapkan pada mereka bahwa semua kebingungan yang mengganggu mesti dihilangkan secara keseluruhan, sehingga hati dapat dimurnikan dari segala sesuatu yang bukan Allah s.w.t. Merekalah orang-orang yang memiliki pengetahuan agama, yang bertindak sesuai denganNya dan mengajar orang lain. Mereka percaya bahwa perhatian yang diberikan kepada teori dan praktek memiliki nilai dan proporsinya tersendiri.


Tidak salah lagi, mereka adalah pribadi-pribadi agamawi yang paling terkemuka dan paling tinggi.

 Dan kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (Surah As-Sajdah : ayat 24). 
 
Mereka tidak termasuk di antara orang-orang yang dikatakan dalam ayat; 

 Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami atau pengetahuan tentang isi Al-Kitab. Kemudian ia melepaskan diri daripada ayat-ayat itu, lalu ia diikuti oleh syaitan sampai tergoda. Maka jadilah ia termasuk orang-orang tersesat.” (surah Al-A’raaf : ayat 175)

Sangatlah sedikit orang yang memiliki bakat untuk mencapai pengetahuan sejati dan dianugerahi ketakwaan. Biasanya mereka terus ditempel oleh syaitan, dan tahap-tahap kemajuan menaik mereka dicegat oleh kegiatan-kegiatan syaitan yang merusak. Kerabat-kerabat yang dekat, sahabat-sahabat, wang dan kekayaan dirasakan sebagai kebingungan yang mengganggu di samping keretakan dan permusuhan yang telah meruntuhkan banyak keluarga. Orang yang mencegah seorang cendekiawan dari berjalan terus dengan prospek kajian-kajiannya, dapat disamakan dengan syaitan-syaitan yang tujuan satu-satunya adalah mengganggu cendekiawan di dalam kajian-kajiannya. Saya percaya bahwa ia memiliki segala sesuatu yang perlu bagi terciptanya kecendekiawanan sejati dalam dirinya dan cukup pantas dikaruniai pengetahuan dan pencerahan terbaik.

Anda mesti dapat memberinya fasiliti-fasiliti yang diperlukan agar ia dapat mencapai ketinggian pengetahuan dan kesempurnaan. Supaya dengan tindakan itu anda akan diganjari di dunia dan di akhirat. Tetapi jika setiap saat anda paksakan ia mesti pulang tanpa menyelesaikan kajiannya, anda akan merusakkan seluruh rencana belajarnya sama sekali. Anda bukannya mebjadi penolong baginya, malah akan sangat merusaknya. Jika anda tidak tahan diri dari melakukan hal ini, anda akan dianggap termasuk kelompok orang yang meletakkan hambatan-hambatan di jalanan para murid dan mencegah mereka dari mencapai pengetahuan. Nabi s.a.w. telah bersabda : “Jangan membantu syaitan-syaitan melawan saudara-saudaramu.”

Setiap orang telah diberi satu tugas khusus dan sungguh mudah bagi seseorang untuk melaksanakan tugas – yang untuknya ia diciptakan. Orang yang dirahmati adalah orang yang telah diciptakan unutk mengerjakan amal-amal baik dan menolong orang lain dalam hubungan ini. “Setiap ilmu ada masyarakatnya sendiri. Masing-masing orang mendapat kemudahan bagi segala sesuatu yang ia diciptakan sesuai untuknya.”

Salam takzim,
Al-Ghazali

Tiada ulasan:

Catat Ulasan