Kepada
Seluruh Ulama Terkemuka
Nabi
s.a.w. telah bersabda, “Dunia
ini nyata-nyata bersifat keji dan jahat. Ia telah jatuh ke dalam
kehinaan yang luar biasa. Segala sesuatu yang ada di dalamnya
terkutuk, kecuali apa-apa yang benar-benar ditujukan kepada Allah.”
Orang-orang
yang menjalani kehidupan menurut adat kebiasaan, munafik dan penuhi
kehendak peribadi serta menyibukkan diri dalam menumpuk kekayaan,
hanyalah menanam benih-benih kerusakan dan kecelakaan yang,
mengakibatkan kehancuran muka bumi. Dunia ini adalah sarana,
sedangkan akhirat adalah tujuan. Orang bijaksana adalah orang yang
mengumpulkan amal-amal baik di sini sebagai bekal perjalanannya
menuju akhirat. Nabi s.a.w. telah memperingatkan hal yang sama di
dalam hadis : “Wang
yang diperoleh dengan jujur adalah sumber kekuatan yang amat besar
bagi seorang manusia yang jujur.”
Kebajikan-kebajikan
yang terbaik adalah suka menghormati para ulama dan muttakin, dan
wang yang terbaik adalah sedekah kepada mereka. Tidak ada jalan
keselamatan yang lebih daripada melegakan hati hamba-hamba Allah yang
takwa.
Salam
takzim,
Al-Ghazali
Kepada
Para Pemimpin Di Seluruh Dunia
Allah
berfirman, “Dan
siapapun yang melakukan perbuatan baik walau hanya seberat zarah, Dia
akan melihatnya nanti. Dan siapapun melalukan perbuatan jahat walau
sebesar zarah, Ia pun akan melihatnya nanti.”
(Surah Az-Zalzalah : ayat 7 dan 8)
Tingkahlaku
manusia; ucapan dan diamnya, kedermawanan atau keserakahannya, adalah
khazanah agung yang tak boleh terpisah dari manusia. Itu semua adalah
benih-benih kecelakaan yang ia taburkan ke segala arah. Meskipun ia
acuh tak acuh terhadap apa yang ia kerjakan, tetapi para Malaikat
penjaga mencatat perbuatan baik atau jahat yang dilakukan manusia.
Allah selalu dekat kepada orang-orang yang mencari-Nya. Sementara
itu, hanya orang-orang tersingkir terlalu jauh daripada-Nya sajalah
yang tidak mengingati-Nya. Juga dengan tindakan-tindakannya, ia tak
dapat mengakui bahwa Ia (Yang Maha Hadir dan Maha Tahu) mengetahui
dan melihat segala yang dikerjakannya.
Pada
saat manusia mati, daftar perbuatan-perbuatannya sejak awal hingga
akhir hayatnya ditunjukkan kepadanya, “Pada
hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan yang dihadapkan
kepadanya, begitu juga kejahatan yang telah dikerjakannya, ia ingin
kalau sekiranya antara ia dan hari itu ada masa yang jauh. Allah
memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)Nya dan Allah sangat
Penyayang terhadap hamba-hambaNya.”
(Al-Quran surah ali-Imran ayat 30)
Nanti
perbuatan baik seberat zarah sekali pun akan ditempatkan dalam satu
lengan timbangan, sedang perbuatan jahat dalan satu yang lain.
Manusia akan dihadapkan pada keputusan Neraca (Mizan) dan dia akan
sangat khawatir dan gelisah untuk mengetahui lengan timbangan mana
yang naik dan mana yang turun.
“Adapun
orang-orang yang berat timbangan kebaikannya, maka dia berada dalam
kehidupan yang memuaskan. Dan orang-orang yang ringan timbangan
kebaikannya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawariyah. Dan
tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? Yaitu api yang sangat panas.”
(Surah al-Qaari’ah : ayat 6 – 11)
Pada
hari itu, timbangan (kebaikan) orang-orang kaya akan ringan, kerana
mereka menghabiskan wang mereka untuk memuaskan nafsu-nafsu
kebinatangan mereka, sedang timbangan (kebaikan) orang-orang yang
hina (miskin) akan berat, kerana mereka menggunakan wang mereka untuk
menjalankan perintah-perintah Allah. Orang yang menghabiskan seluruh
kekayaannya untuk bersedekah, akan memperolehi keselamatan yang
sempurna dan pasti akan terhindar dari bahaya yang terdapat dalam
pemilikan benda-benda keduniaan.
Abu
Bakar Siddiq r.a. menghabiskan tanah dan hartanya yang banyak, dan
meletakkannya di kaki Nabi s.a.w. Ketika ditanya apa yang
ditinggalkannya bagi kerabatnya, Abu Bakar Siddiq r.a. menjawab,
“Saya
yakin bahwa Allah dan RasulNya akan menganugerahkan saya keuntungan
yang cukup, agar dapat menawarkan kegelisahan saya unutk nafkah
keluarga saya”.
Peristiwa ini terjadi ketika suatu kali Nabi s.a.w. menyatakan,
“Orang-orang
kaya telah hancur. Hanya yang menebarkan kekayaannya ke segala arah
sahajalah yang bertahan hidup; yang membantu orang miskin dan
melaksanakan perintah-perintah Allah”.
Kerana
manusia bersifat kikir dan tidak ingin membelanjakan wangnya kecuali
untuk kepentingan pribadinya sendiri, maka wajiblah atasnya
membelanjakan wangnya hanya bagi orang-orang yang benar-benar
memerlukan bantuan kewangannya, agar Allah s.w.t. menganjarnya
berlipat kali ganda di Hari Pengadilan yaitu ketika nilai tukar bagi
satu perak yang diberikan kepada orang yang memerlukan lebih daripada
seribu perak.
Wang
yang disedekahkan oleh seseorang kaya mesti diperolehi secara jujur
dan dibagikan di antara para ulama dan Muttaqien yang tidak memiliki
sumber pendapatan dapat menjadi sandaran di masa-masa sulit. Allah
s.w.t. berfirman,
‘Wahai
orang-orang yang beriman, jangan sia-siakan pemberian sedekahmu
dengan menyebut-nyebut dan melukai perasaan penerimanya, seperti
orang yang menafkahkan hartanya kerana riya’ kepada manusia dan dia
tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian.”
(Al-Quran surah al-Baqarah ayat 264)
Sahabat
Anda yang tulus,
Al-Ghazali
Kepada
Siapa saja yang Berkepentingan.
Nabi
s.a.w. telah memperingatkan : “Yang
paling ditakuti dan yang paling aku takutkan terjadi atas umat-umatku
adalah ilmuan (ulama) yang jahat.”
Ilmuan yang jahat (ulama-us-suu’) akan merasakan penderitaan dan
kesedihan tanpa akhir.
Ulama
dapat dikelompokkan menjadi tiga :
- Ulama-ulama yang jahil dan najis; mereka memiliki satu jenis kepandaian yang bukan merupakan pengetahuan. Mereka tidak mengharap dan tidak pula menginginkan kebenaran abadi yang dikenal lewat pengalaman. Mereka dituturkan oleh firman Allah dalam Al-Quran berikut ini :
“Mereka
itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya telah
dikunci mati oleh Allah, dan mereka itulah orang-orang yang acuh tak
acuh (pada hakikat-hakikat kehidupan abadi). Pastilah mereka di Hari
Pengadilan termasuk orang-orang rugi.”
(Surah An-Nahl : ayat 108 dan 109)
- Ulama-ulama yang perasaan-perasaannya tidak ada isinya, yang duduk berpangku tangan dan terus memikirkan keluh kesah mereka kerana tidak pernah melakukan sesuatu amal baik apapun.
- Ulama-ulama yang menjaga cara para muslim salaf (terdahulu) dan orang-orang yang termasyur di antara mereka – yakni para sahabat Nabi s.a.w. – sebagai lintasan yang benar menuju tujuan puncak, yaitu pencapaian keakraban dengan Allah dan kedamaian akhir dalam penglihatan yang indah. Ketika kedekatan akhir telah diperolehi, jiwa-jiwa mereka menjadi terserap ke dalam Ketuhanan. Beruntunglah mata yang telah melihat mereka atau orang-orang yang telah melihat mereka. Anda tidak tahu betapa saya sangat ingin untuk dapat melihat mereka dengan mata kepala saya sendiri.
Berikut
ini adalah ayat Al-Quran yang ditujukan bagi ketiga kelompok ini.
“Tetapi
sebagian mereka menganiaya diri mereka sendiri dan sebagian di antara
mereka ada yang melampaui orang-orang lain dengan amal-amal baik
dengan kehendak Allah.” (Surah Faathir : ayat 32)
Saya
berdoa kepada Allah s.w.t. agar Ia memasukkan kita di antara
hamba-hambaNya yang paling ikhlas dan menyelamatkan kita dari tipuan
orang-orang yang mencampakkan diri dalam kesenangan-kesenangan
duniawi.
Allah
s.w.t. telah menyediakan karuniaNya bagi orang-orang takwa yang
berpaling dari benda-benda dan kesia-siaan duniawi dan menghindarkan
diri dari hal-hal yang dilarang. Hanya ada sedikit manusia di antara
ribuan yang “mencari pengetahuan” – dalam arti yang sebenarnya
istilah itu – dan menjauhkan diri dari kesenangan, kekayaan dan
kekuasaan yang merupakan sasaran umum kebanyakan manusia. Masih
sedikit di antara para ulama yang mengetahui hal-hal tersebut
berdasarkan limpahan karunia dan bukan penelitian-penelitian yang
penuh tumpuan atau perjuangan yang melelahkan dalam mencapainya.
Yang
lebih sedikit lagi di antara manusia yang memiliki pengetahuan adalah
yang menjadikan Allah s.w.t. dan dunia rohani sebagai hakikat-hakikat
yang selalu hadir dalam kerutinan kehidupan sehari-hari.
Pengetahuannya mengungkapkan pada mereka bahwa semua kebingungan yang
mengganggu mesti dihilangkan secara keseluruhan, sehingga hati dapat
dimurnikan dari segala sesuatu yang bukan Allah s.w.t. Merekalah
orang-orang yang memiliki pengetahuan agama, yang bertindak sesuai
denganNya dan mengajar orang lain. Mereka percaya bahwa perhatian
yang diberikan kepada teori dan praktek memiliki nilai dan
proporsinya tersendiri.
Tidak
salah lagi, mereka adalah pribadi-pribadi agamawi yang paling
terkemuka dan paling tinggi.
“Dan
kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi
petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan mereka
meyakini ayat-ayat Kami.”
(Surah As-Sajdah : ayat 24).
Mereka
tidak termasuk di antara orang-orang yang dikatakan dalam ayat;
“Dan
bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan
kepadanya ayat-ayat Kami atau pengetahuan tentang isi Al-Kitab.
Kemudian ia melepaskan diri daripada ayat-ayat itu, lalu ia diikuti
oleh syaitan sampai tergoda. Maka jadilah ia termasuk orang-orang
tersesat.”
(surah Al-A’raaf : ayat 175)
Sangatlah
sedikit orang yang memiliki bakat untuk mencapai pengetahuan sejati
dan dianugerahi ketakwaan. Biasanya mereka terus ditempel oleh
syaitan, dan tahap-tahap kemajuan menaik mereka dicegat oleh
kegiatan-kegiatan syaitan yang merusak. Kerabat-kerabat yang dekat,
sahabat-sahabat, wang dan kekayaan dirasakan sebagai kebingungan yang
mengganggu di samping keretakan dan permusuhan yang telah meruntuhkan
banyak keluarga. Orang yang mencegah seorang cendekiawan dari
berjalan terus dengan prospek kajian-kajiannya, dapat disamakan
dengan syaitan-syaitan yang tujuan satu-satunya adalah mengganggu
cendekiawan di dalam kajian-kajiannya. Saya percaya bahwa ia memiliki
segala sesuatu yang perlu bagi terciptanya kecendekiawanan sejati
dalam dirinya dan cukup pantas dikaruniai pengetahuan dan pencerahan
terbaik.
Anda mesti dapat memberinya fasiliti-fasiliti yang diperlukan agar ia dapat mencapai ketinggian pengetahuan dan kesempurnaan. Supaya dengan tindakan itu anda akan diganjari di dunia dan di akhirat. Tetapi jika setiap saat anda paksakan ia mesti pulang tanpa menyelesaikan kajiannya, anda akan merusakkan seluruh rencana belajarnya sama sekali. Anda bukannya mebjadi penolong baginya, malah akan sangat merusaknya. Jika anda tidak tahan diri dari melakukan hal ini, anda akan dianggap termasuk kelompok orang yang meletakkan hambatan-hambatan di jalanan para murid dan mencegah mereka dari mencapai pengetahuan. Nabi s.a.w. telah bersabda : “Jangan membantu syaitan-syaitan melawan saudara-saudaramu.”
Setiap
orang telah diberi satu tugas khusus dan sungguh mudah bagi seseorang
untuk melaksanakan tugas – yang untuknya ia diciptakan. Orang yang
dirahmati adalah orang yang telah diciptakan unutk mengerjakan
amal-amal baik dan menolong orang lain dalam hubungan ini. “Setiap
ilmu ada masyarakatnya sendiri. Masing-masing orang mendapat
kemudahan bagi segala sesuatu yang ia diciptakan sesuai untuknya.”
Salam
takzim,
Al-Ghazali