Ayahnda

Ayahnda

Ahad, 31 Ogos 2014

Kisah Seorang Nabi, Hamba, Raja dan Hakim (Ayahnda Daud a.s.)


Assalammualaikum...wrth, hari ini Ahad 31 Ogos 2014 Masihi bersamaan 05 Zulkaedah 1435 Hijrah. Alhamdulillah  sama-samalah kita bersyukur kepada Allah Ta'ala kerana dikurniakan kepada kita umur untuk menyaksikan sambutan kemerdekaan MALAYSIA kali yang ke 57.

Disini Lahirnya sebuah CINTA.... 

Semoga saudara dan saudari sekalian sihat sejahtera selalu hendaknya. Dalam artikel kali ini hamba ingin mengajak saudara saudari sekalian bersama-sama hamba mengimbau kembali kisah Ayahnda Daud a.s. selepas baginda menjadi Raja dan Utusan Allah bagi anak cucu Bani Israil serta Yahudi seluruhnya.


Ayahnda Daud a.s. sebagai Hakim

Nabi Daud a.s. telah membahagi hari-harinya menjadi empat bahagian: sehari untuk beribadah, sehari untuk menjadi hakim, sehari untuk memberikan pengajaran, dan sehari lagi untuk kepentingan peribadinya.

Pada suatu hari, pada hari-hari yang dipergunakan untuk kepentingan peribadi, ketika Dia menyepi dan tidak ada seorang pun yang berani mengganggu ketenangannya, tiba-tiba tanpa sepengetahuan para penjaga, dua orang lelaki telah melompati pagar dan masuk ke dalam mihrabnya, Ayahnda Daud a.s. terkejut melihat kedatangan mereka yang secara tiba-tiba itu, dan mengira bahwa mereka akan berniat jahat kepadanya. Mereka berkata, "Jangan takut! kami hanyalah dua orang yang berselisih. Kami datang kepadamu untuk meminta keputusan. Maka berilah kami keputusan yang benar, jangan zalim, dan bimbinglah kami ke jalan yang lurus dan jelas".

Mulailah orang yang teraniaya mengadukan perkaranya, seraya berkata, “Sesungguhnya teman dan saudaraku seagama ini (sambil menunjuk kepada temannya) memiliki 99 ekor kambing, ingin memiliki seekor kambingku. Aku telah berusaha memberikan penjelasan kepadanya bahwa permintaannya itu adalah salah. Tetepi aku gagal dan kalah dalam mendebat dan melawanya”.


Setelah mendengar cerita ini, Daud a.s. menyalahkan si pemilik 99 kambing yang akan mengambil kambing satu-satunya milik temannya itu. Kemudian Daud a.s memberikan keputusan bahwa si pemilik 99 kambing itu telah berbuat aniaya dengan permintaannya itu, dan keadaannya seperti kebanyakan teman yang berusaha menganiaya teman-teman mereka sendiri. Padahal kewajipan mereka adalah berlaku adil terhadap sesamanya.

Watak seperti inilah yang dimiliki oleh kebanyakan manusia, selain orang-orang yang beriman yang mengerjakan amal soleh dan sedikit sekali ditemui did lam masyarakat. Di sini, tampaklah bahwa Ayahnda Daud a.s. berhati-hati terhadap dua orang yang berselisih dengan perkara semacam ini, bahwa mereka utusan Allah sebagai cobaan. Hal itu agar Ayahnda Daud a.s. selalu waspada terhadap sesuatu urusan yang patut menjadi perhatiannya, sesuai dengan kedudukannya. Oleh kerana itu, Ayahnda Daud a.s. memohon ampun kepada Allah Ta’ala, lalu menundukkan diri sambil bersujud dan kembali kepadaNya, agar Dia berkenan menerima taubatnya.

Maka Allah s.w.t. pun menerima taubatnya, dan menenangkannya bahwa Daud a.s. didekatkan kepadaNya, dan tempat kembalinya adalah syurga.

Rujuk firman Allah s.w.t. dalam surah Shod ayat 21 hingga 25.


Suatu pendapat mengatakan ; bahwa cobaan yang dimaksudkan adalah keluarga Ayahnda Daud a.s. yang ditutupinya daripada manusia ramai. Padahal kewajipan seorang hakim adalah senantiasa mempersiapkan diri untuk menghakimi dan tidak meletakkan tabir penghalang antara dia dengan orang-orang yang berselisih. Hal ini seperti telah dilakukan Ayahnda Daud a.s. terhadap dua orang yang berselisih yang menaiki mihrabnya, lalu menemuinya.

Pendapat lain mengatakan ; bahwa cobaan itu adalah keputusannya yang dibuat terhadap dua orang yang berselisih, yaitu setelah mendengar alas an dari salah seorang di antara keduanya, sedangkan dia belum mendengar alas an dari yang lainnya.

Pendapat lain mengatakan pula ; bahwa cobaan itu ada pada perasaan Ayahnda Daud a.s. sebagai seorang raja dan seorang yang mempunyai kekuatan. Dalam semua itu dia melihat adanya cobaan dan ujian dari Allah yang diberikan bagi dirinya, sehingga dia takut apabila jatuh ke dalam kezaliman sebagaimana halnya kebanyakan pemerintah.

Kemudian Ayahnda Daud a.s. bermaksud akan memperlihatkan keagungan pemberian yang telah diberikan kepadanya, yakni bahwa Allah menjadikannya pemimpin di muka bumi. Kepemimpinan inilah biasanya menjadikan manusia berbuat sewenang-wenang dan memerintah menurut hawa nafsunya. Oleh sebab itu, Allah Ta’ala menyeru agar memerintah manusia dengan benar dan bukan dengan hawa nafsu. Kerana hal itu akan memalingkan dari jalan Allah yang berdiri tegak di atas keadilan yang mutlak. Dan orang-orang yang berpaling dari jalan Allah akan mendapatkan siksaan yang amat pedih pada hari kiamat nanti, yang disebabkan oleh kelupaan mereka kan akibat kezaliman dan berpaling dari kebenaran inilah yang telah diwasiatkan Allah Ta’ala kepada Ayahnda Daud a.s. dengan firmanNya :

“Wahai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan jangan kamu mengikuti hawa nafsu, kerana ia menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang pedih, kerana mereka melupakan hari perhitungan.”
Surah Shod ayat 26.


Ayahnda Daud a.s. Sebagai Hamba

Allah Ta’ala menggambarkan ibadah Ayahnda Daud a.s. dengan firmannya :

“Dan ingatlah hamba Kami, Daud yang mempunyai kekuatan; sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan). Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia (Daud) di waktu petang dan pagi, dan (Kami tundukkan pula) burung-burung dalam keadaan terkumpul. Masing-masingnya amat taat kepada Allah.”
Surah Shod ayat 17 hingga 19.


Dalam ayat-ayat ini, Allah Ta’ala memerintahkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. agar mengingati hamba-Nya dan Nabi-Nya Daud a.s. Hal ini dimaksudkan agar Baginda s.a.w. dapat mengambil contoh yang baik daripadanya, kerana Ayahnda Daud a.s. mempunyai sifat dza’l aid, yaitu mempunyai kekuatan dalam beragama, yang tidak lemah kerana kekerasan dan tidak luluh kerana penganiayaan. Allah Ta’ala juga mensifatkan Ayahnya Daud a.s. dengan sifat awwab, yaitu banyak kembali kepada Allah dan bersandar diri kepada-Nya dalam menghadapi kekejaman dan kesusahan, baik secara sembunyi-sembunyi mahupun terang-terangan.

Allah Ta’ala juga telah menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama Ayahnda Daud a.s. pada waktu petang dan pagi hari dengan bahasa khusus yang tidak dapat dimengerti oleh manusia biasa. Tetapi dapat dimengerti oleh Ayahnda Daud a.s. dengan pancaindera, pengetahuan dan kelebihan khusus yang telah diberikan oleh Allah Ta’ala kepadanya. Demikian pula burung-burung, mereka berkumpul di sekeliling Ayahnda Daud a.s. ketika dia bertasbih kepada Allah Ta’ala, bahkan mereka mengikutinya. Hal ini pun disebutkan oleh Allah s.w.t. dengan firmanNya :

“Dan sesungguhnya Kami berikan Daud karunia dari Kami. (Kami berfirman), ‘Wahai gunung-gunung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud.”
Surah Shod ayat 10.


Kerajaan dan Hikmah Ayahnda Daud a.s.

Allah Ta’ala menyebutkan nikmat-nikmatNya yang telah dilimpahkan kepada Ayahnda Daud a.s. dengan firmanNya :

“Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan kepadanya hikmah dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan.”
Surah Shod ayat 20

Yang dimaksudkan dengan ‘Kami kuatkan kerajaannya’ ialah ; Allah Ta’ala menguatkan kerajaannya dengan wibawa kemenangan, kekuatan tentera dan nikmat yang berlipat ganda. Dan yang dimaksudkan dengan ‘Kami berikan kepadanya hikmah’ ialah ; kenabian, ilmu yang sempurna dan ilmu perundangan (undang-undang). Sedangkan yang dimaksudkan dengan ‘kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan’ ialah ; kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan yang terjadi antara orang-orang yang berselisih dengan memisahkan antara yang benar dan yang salah.



Mukjizat Ayahnda Daud a.s.

Allah s.w.t. telah menunjukkan kelebihan Ayahnda Daud a.s., iaitu hal-hal luar biasa yang tidak dapat diperbuat oleh manusia biasa.

Firman Allah s.w.t. :

“Dan Kami lunakkan besi untuknya, (yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya, dan kerjakanlah amalan yang soleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan.”
Surah Saba’ ayat 10 dan 11.

Maksudnya Allah Ta’ala telah melunakkan dan menundukkan besi untuknya, hingga menjadi seperti dian lilin yang dapat diubah sekehendaknya tanpa menggunakan api ataupun palu (pengetuk). Dan dari besi itu Ayahnda Daud a.s. membuat baju-baju besi yang dikukuhkan dengan tenunan dari bulatan-bulatan rantai yang jalin-menjalin. Jenis baju besi seperti ini tidak akan mengganggu pemakainya semasa bergerak, tidak seperti baju-baju besi yang terdiri dari satu lembaran.

Al-Quran telah menunjukkan hal itu juga :

“Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperangan.”
Surah Al-Anbiya’ ayat 80.

Maksudnya, Allah Ta’ala telah mengajarkan kepada Ayahnda Daud a.s. bagaimana cara membuat pakaian, yaitu baju yang terbuat dari besi untuk menjaga sebatan pedang dan tikaman lembing dalam peperangan melawan musuh.



Kitab Ayahnda Daud a.s.

Al-Quran menyebutkan bahwa Allah Ta’ala telah memberikan sebuah kitab kepada Ayahnda Daud a.s. yang bernama Zabur.

“Dan Kami telah memberikan Kitab Zabur kepada Daud.”

Para ahli kitab menamakannya dengan Al-Mazamir, yaitu syair-syair keagamaan yang menyentuh perasaan hati dan berlagu. Di antaranya terdapat nyayian-nyayian merdu dan pantun-pantun yang mengandungi pujian-pujian terhadap Allah dan kekaguman terhadap ciptaanNya, selawat-selawat, pengajaran wasiat-wasiat Tuhan beserta pahala-pahala dan siksa-siksaNya.

Kebanyakan Muzamir itu kepunyaan Ayahnda Daud a.s. dan setelah Muzamir Ayahnda Daud a.s., dibuatkan beberapa Muzamir lainnya. Beberapa Muzamir itu adalah buatan Haman, Athan, Sulaiman, Asap, Jadwathan, Musa dan putra-putra Cyrruh.

Wallahu’alam.



Sekian Wassalam…

Derang, Kedah MALAYSIA...

Khamis, 10 Julai 2014

Bumi Dihamparkan dan Langit Ditinggikan

Di mana Bumi dipijak di situ Langit dijunjung

Assalammu'alaikum...wrth, hari ini Khamis 10 Julai 2014 Masihi bersamaan 12 Ramadhan 1435 Hijrah. Alhamdulillah hari ini genab 12 hari kita berpuasa, bererti sudah 12 hari kita berada di bulan Ramadhan yang mulia dan berkat ini.

Sempena bulan yang mulia ini, hamba ingin berkongsi ilmu tentang hakikat Bumi yang telah Allah hamparkan dan Langit yang telah Allah tinggikan. Sebenarnya teori yang disebarkan oleh ilmuan dan saintis barat (yang tidak beriman) selama ini tentang Bumi berbentuk sfera dan Langit yang mempunyai pelbagai planet itu adalah bertentangan dengan Hakikat sebenar Bumi dan Langit sebagaimana yang telah difirmankan oleh Allah s.w.t. melalui ayat-ayat dalam kitab Al-Quran ul Karim. Tujuan sebenar ilmuan barat yang tidak beriman itu adalah untuk menetang atau mencabar firman-firman Allah Taala yang terdapat dalam kitab-kitab samawi (yang diturunkan dari Langit).

Maka, dalam artikel kali ini, Hamba nukilkan beberapa firman Allah Ta'ala mengenai Bumi yang dihamparkan dan Langit yang ditinggikan oleh Allah S.W.T. Semoga dengan ini akan bertambahlah iman dan keyakinan kita kepada ALLAH S.W.T dan RASULULLAH Nabi Muhammad s.a.w.


Firman Allah S.W.T dalam Surah Al-Baqarah ayat 22; 

"Dia yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu, kerana itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah (yakni segala sesuatu yang disembah disamping menyembah Allah seperti berhala-berhala, dewa-dewa dan sebagainya) padahal kamu mengetahui."



Bumi Dihamparkan

"Dan bumi yang Kami hamparkan dan Kami pancangkan di atasnya gunung-gunung yang kukuh dan Kami tumbuhkan di atasnya tanam-tanaman yang indah. Untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi setiap hamba yang kembali (berserah diri kepada Allah)."
Al-Quran surah Qaf : ayat 7 dan 8.

"Dan bumi telah kami hamparkan. Maka (Kami) sebaik-baik yang menghamparkan."
Surah Az-Zaariyat : ayat 48

""Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata-mata air, maka bertemulah (air-air) itu sehingga (membuak dan menimbulkan) keadaan (bencana) yang telah ditetapkan."
Surah Al-Qamar : ayat 12

Nota : Ayat Al-Quran dalam surah Al-Qamar ini menceritakan keadaan air yang Allah Ta'ala keluarkan dari bumi melalui mata-mata air sehingga air dari sekian banyak mata air bertemu dan menyebabkan berlakunya bencana banjir besar di zaman Nabi Nuh a.s. Keadaan air yang betakung dan berkumpul sehingga menyebabkan bumi ditenggelami air tidak mungkin berlaku jika bumi bersifat 'spera', keadaan banjir besar ini hanya akan berlaku jika bumi terhampar dan terbentang. Teori tarikan 'graviti' juga tidak boleh diguna pakai lagi.... Wallahu'alam.

"Dan bumi telah dibentangkanNya untuk mahluk(Nya). Di dalamnya ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang. Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bungaan yang harum baunya."
Surah Ar-Rahman : ayat 10,11 dan 12

"Dia yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian daripada rezekiNya. Dan hanya kepadaNya kamu (kembali setelah) dibangkitkan."
Surah Al-Mulk : ayat 15

Nota : Perkataan 'penjurunya' menunjukkan bumi ini terhampar, tiada wujud penjuru jika bumi ini berbentuk sfera.... Wallahu'alam.


"Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan. Agar kamu dapat pergi ke sana ke mari di jalan-jalan yang luas."
Surah Nuh : ayat 19 dan 20

"Bukankah Kami telah menjadikan bumi sebagai hamparan, Dan gunung-gunung sebagai pasak?"
Surah An-Naba' : ayat 6 dan 7

"Dan Dia menjadikan malamnya (gelap gelita) dan menjadikan siangnya (terang-benderang). Dan setelah itu bumi Dia hamparkan. Darinya Dia pancarkan mata air, dan (ditumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung, Dia pancangkan dengan teguh. (Semuanya itu) untuk kesenanganmu dan untuk haiwan-haiwan ternakanmu."
Surah An-Nazi'at : ayat 29, 30, 31, 32 dan 33

"Dan milik Allah lah yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. (Dengan demikian) Dia akan memberi balasan kepada orang yang berbuat jahat sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan dan Dia akan memberi balasan kepada orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (syurga)."
Surah An-Najm : ayat 31



Langit Ditinggikan

"Maka tidakkah mereka memperhatikan langit yang ada di atas mereka, bagaimana cara Kami membangunkan serta menghiaskannya dan tidak terdapat retakan sedikit pun?"
"Dan dari langit Kami turunkan air yang memberi keberkatan, lalu Kami tumbuhkan dengan (air) itu pepohonan yang rendang dan biji-bijian yang dapat dituai. Dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun."
Surah Qaf : ayat 6, 9 dan 10

"Dan langit Kami bina dengan kekuasaan (Kami) dan Kami benar-benar meluaskannya."
Surah Az-Zaariyat : ayat 47

"Demi atap yang ditinggikan (langit)."(5) "Atau apakah mereka mempunyai tangga (ke langit) untuk mendengarkan (hal-hal yang ghaib?) Maka hendaklah orang yang mendengarkan di antara mereka itu datang membawa keterangan yang nyata." (38) "Dan jika mereka melihat gumpalan-gumpalan awan berjatuhan dari langit, mereka berkata: 'Itu adalah awan yang bertompok-tompok'." (44)
Surah An-Najm : ayat 5, 38 dan 44

"Lalu Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang mencurah-curah."
Surah Al-Qamar : ayat 11

"Dan langit telah ditinggikanNya dan Dia ciptakan keseimbangan. Agar kamu jangan merosakkan keseimbangan itu. Dan tegakkanlah keseimbangan itu dengan adil dan jaganlah kamu mengurangkan keseimbangan itu."
Surah Ar-Rahman : ayat 7, 8 dan 9


"Pernahkah kamu memerhatikan air yang kamu minum? Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan? Sekiranya Kami menghendaki, nescaya Kami menjadikannya masin, mengapa kamu tidak bersyukur?"
Surah Al-Waqiah : ayat 68,69 dan 70

"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis? Dan di sana Dia menciptakan bulan yang bercahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita (yang terang benderang)?"
Surah Nuh : ayat 15 dan 16

"Dan Kami bina  di atas kamu tujuh (lapis langit) yang kukuh. Dan Kami jadikan pelita (matahari) yang terang benderang. Dan Kami turunkan dari awan, air hujan yang mencurah dengan lebatnya. Untuk Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tanam-tanaman. Dan kebun-kebun yang rendang."
Surah An-Naba' : ayat 12, 13, 14, 15 dan 16

"(Wahai golongan yang ingkarkan hari kebangkitan) Apakah penciptaan kamu yang lebih sukar ataukah langit yang telah dibina oleh Allah itu? Dia telah meninggikan binaan langit itu, lalu menyempurnakannya."
Surah An-Nazi'at : ayat 27 dan 28



Langit dan Bumi milik Allah S.W.T

"MilikNyalah kerajaan langit dan bumi, Dan hanya kepada Allah segala urusan dikembalikan."
Surah Al-Hadid : ayat 5

"Tidakkah engkau perhatikan, bahawa Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi? Tidak ada pembicaraan rahsia antara tiga orang, melainkan Dialah yang keempatnya. Dan tidak ada lima orang, melainkan Dialah yang keenamnya. Dan tidak tidak ada yang kurang daripada itu atau lebih banyak, melainkan Dia pasti ada bersama mereka di mana pun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitahu kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." 
Surah Al-Mujadalah : ayat 7

"Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa (makhluk-makhlukNya mengikut kehendakNya), Dia memiliki nama-nama yang indah. Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepadaNya. Dan Dialah Yang Maha Perkasa, lagi Maha Bijaksana."
Surah Al-Hasyr : ayat 24

"Allah yang menciptakan tujuh petala langit dan (Dia menciptakan) bumi seperti itu (tujuh petala bumi). Perintah Allah berlaku terus-menerus di antara alam langit dan bumi, agar kamu mengetahui bahawa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu dan ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu."
Surah At-Talaq : ayat 12


Wallahu'alam.

Selamat Berpuasa, beribadah dan selamat menyambut hari Raya Aidil Fitri yang bakal tiba tidak lama lagi.
Semoga saudara dan saudari sekalian beroleh ganjaran nikmat keredhaan Allah s.w.t. sehingga keakhir hayat. Doakan kejayaan saudara Islam kita yang sedang berjuang dan berjihad di Gaza, Palestin,  di Syiria serta di seluruh pelusuk muka bumi ini.

Sekian Wassalam... at Mildura, Australia. 

Jumaat, 13 Jun 2014

Hakikat 7 Lapis (Petala) Langit dan 7 Lapis (Petala) Bumi


Assalammu'alaikum... wrth, hari ini Jumaat 13 Jun 2014 Masihi, bersamaan 15 Sya'aban 1435 Hijrah dan bersamaan 23 Juzak 10,002 PuSaka. Sempena malam Nisfu Sya'aban yang penuh keberkatan dan hari Jumaat penghulu segala hari, hamba nukilkan beberapa firman Allah Ta'ala mengenai hakikat langit dan bumi. Semoga sama-sama kita dapat berfikir dengan menggunakan akal yang waras untuk memahami firman Allah Ta'ala Tuhan seluruh alam. Sebaik-baiknya saudara saudari rujuklah kepada Ulama', Mu'alim, Auliya' atau Arifbillah yang dikenali mengenai tafsir sebenar setiap ayat Al-Quran yang hamba nukilkan dalam artikel ini. 
Wallahu'alam.

Maksud Firman Allah Ta'ala Rabbul 'alamin...

Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus pelbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaanNya apa yang Dia kehendaki.
Surah Faatir (Pencipta) ; ayat 1

Wahai manusia! Ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Apakah ada pencipta selain Allah yang dapat memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Tidak ada tuhan selain Dia, maka mengapa kamu berpaling (daripada menyembahNya).
Surah Faatir ; ayat 3

Wahai manusia! Sesungguhnya janji Allah itu benar, maka janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan janganlah (syaitan) yang pandai menipu memperdayakan kamu tentang Allah. 
Sesungguhnya syaitan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh, kerana sesungguhnya syaitan itu hanya mengajak golongannya agar mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.

Surah Faatir ; ayat 5 dan 6

Dan Allah lah yang mengirimkan angin, lalu (angin itu) mengerakkan awan, maka Kami arahkan awan itu ke suatu negeri yang mati (tandus), lalu dengan hujan itu Kami hidupkan bumi setelah mati (kering). Seperti itulah kebangkitan nanti.
Barang siapa menghendaki kemuliaan, maka (ketahuilah) kemuliaan itu semuanya milik Allah. KepadaNya lah akan naik perkataan-perkataan yang baik, dan amal kebajikan, Dia akan menggangkatnya. Adapun orang yang merancang kejahatan, mereka akan mendapat azab yang sangat keras dan rancangan jahat mereka akan hancur.
Surah Faatir ; ayat 9 dan 10

Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing (malam, siang, matahari dan bulan) beredar menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian itulah Allah Tuhanmu, milikNya lah segala kerajaan. Dan orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tidak mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari.
Surah Faatir ; ayat 13

Malam beredar mengikut paksinya (waktunya), siang juga beredar mengikut paksinya (waktunya). Begitu juga Matahari beredar mengikut paksinya (waktunya), bulan juga beredar mengikut paksinya (waktunya). Masing-masing (malam, siang, matahari dan bulan) ada paksi (waktu) tersendiri yang telah ditentukan oleh Allah Ta'ala. Jadi munculnya Bulan tidak bergantung kepada tibanya Malam, dan hadirnya Siang tidak bergantung kepada terbitnya Matahari. Adakalanya Bulan kelihatan di Siang hari, adakalanya Siang cerah tanpa Matahari. Yang pastinya Matahari tidak dapat mengejar Bulan dan Malam tidak dapat mendahului siang.
Hakikatnya : Semuanya bergerak mengikut kehendak dan perintah Allah Yang Maha Berkuasa.

Wahai manusia! Kamulah yang memerlukan Allah, sedangkan Allah, Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu), lagi Maha Terpuji.
Jika Dia mengkehendaki, nescaya Dia membinasakan kamu dan mendatangkan makhluk yang baharu (untuk mengantikan kamu).
Dan yang demikian itu tidak sukar bagi Allah.
Surah Faatir ; ayat 15, 16 dan 17



Langit dan Bumi adalah makhluk dari sekian banyak makhluk yang beredar sesuai dengan perintah Allah Ta’ala.

Sesungguhnya Allah yang menahan langit dan bumi agar tidak lenyap, dan jika keduanya akan lenyap tidak ada seorang pun yang mampu menahannya selain Allah. Sesungguhnya Dia Maha Penyantun, lagi Maha Pengampun.
Surah Faatir ; ayat 41

Dan tidakkah mereka berjalan di bumi, lalu melihat bagaimana kesudahan orang yang sebelum mereka (yang mendustakan rasul), padahal orang itu lebih besar kekuatannya daripada mereka? Dan tidak ada sesuatu pun yang dapat melemahkan Allah, baik di langit mahupun di bumi. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui, lagi Maha Berkuasa.
Dan sekiranya Allah menghukum manusia disebabkan apa yang telah mereka lakukan, nescaya Dia tidak akan mensisakan satu pun makhluk bergerak yang bernyawa di bumi ini, tetapi Dia menangguhkan (hukuman untuk) mereka, sampai waktu yang sudah ditentukan. Nanti apabila ajal mereka tiba, maka sesungguhnya Allah Maha Melihat (keadaan) hamba-hambaNya.
Surah Faatir ; ayat 44 dan 45


Semuanya bergerak mengikut kehendak dan perintah Allah Yang Maha Berkuasa

Maha Suci (Allah) yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan, baik daripada apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan daripada diri mereka sendiri, mahupun daripada apa yang tidak mereka ketahui.
Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah malam, Kami hilangkan siang daripada (malam) itu, maka seketika itu mereka (berada dalam) kegelapan.
Dan matahari beredar di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Maha Perkasa, lagi Maha Mengetahui.
Dan telah Kami tetapkan tempat peredaran bagi bulan, sehinmgga (setelah ia sampai ke tempat peredaran yang terakhir), kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua.
Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarannya.
Surah Yasin ; ayat 36, 37, 38, 39 dan 40


Pada awal bulan, bulan itu kecil berbentuk sabit, kemudian sesudah menempati manzillah-manzilah, ia menjadi purnama (penuh), kemudian pada manzilah terakhir kelihatan seperti tandan kering yang melengkung (berbentuk sabit).

Dan bukankah (Allah) yang menciptakan langit dan bumi, mampu menciptakan kembali yang serupa itu (jasad mereka yang sudah hancur itu)? Benar, dan Dia Maha Pencipta, lagi Maha Mengetahui.
Sesungguhnya urusanNya apabila Dia Menghendaki sesuatu, Dia hanya berkata: “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu.
Maka Maha Suci (Allah) yang di tanganNya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepadaNya kamu akan dikembalikan.
Surah Yasin ; ayat 81, 82, dan 83




Sesungguhnya, Tuhanmu benar-benar Esa.
Tuhan langit dan bumi dan apa yang berada di antara keduanya dan Tuhan tempat-tempat terbitnya matahari.
Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit dunia (yang dekat) dengan hiasan bintang-bintang.
Dan (Kami) telah menjaganya daripada setiap syaitan yang derhaka.
Mereka (syaitan-syaitan itu) tidak dapat mendengar (perbicaraan) para malaikat dan mereka dilempari dari segala penjuru.
Untuk mengusir mereka dan mereka akan mendapat azab yang kekal.
Kecuali (syaitan) yang mencuri (pembicaraan); maka nia dikejar oleh bintang yang menyala.
Surah As-Saffat (Yang Bersaf-saf) ; ayat 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10

Ingatlah! Hanya milik Allah agama yang murni (daripada syirik). Dan orang yang mengambil pelindung selain Dia (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan (berharap) agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” Sesungguhnya, Allah akan menghukum di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada pendusta dan orang yang sangat ingkar.
Sekiranya Allah hendak mengambil anak, tentu Dia akan memilih apa yang Dia kehendaki daripada apa yang telah diciptakanNya. Maha Suci Dia. Dialah Allah Yang Maha Esa, lagi Maha Perkasa.
Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia memasukkan malam atas siang dan memasukkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah! Dialah Yang Maha Mulia, lagi Maha Pengampun.
Surah Az-Zumar (Rombongan-rombongan) ; ayat 3, 4, dan 5

Di atas mereka ada lapisan-lapisan daripada api dan di bawahnya juga ada lapisan-lapisan yang disediakan bagi mereka. Demikianlah Allah mengancamkan hamba-hambaNya (dengan azab itu). “Wahai hamba-hambaKu, maka bertakwalah kepadaKu.”
Surah Az-Zumar ; ayat 16

Apakah engkau tidak memperhatikan, bahawa Allah menurunkan air dari langit, lalu diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi, kemudian dengan air itu ditumbuhkanNya tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, kemudian menjadi kering, lalu engkau melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikanNya hancur berderai-derai. Sesungguhnya, pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang mempunyai akal yang sihat.
Surah Az-Zumar ; ayat 21

Dan sesungguhnya, jika engkau tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?“ Nescaya mereka menjawab: “Allah.” Katakanlah: “Kalau begitu tahukah kamu tentang apa yang kamu sembah selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan bencana kepadaku, apakah mereka mampu menghilangkan bencana itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat mencegah rahmatNya?” Katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku. kepadaNya lah orang yang bertawakal berserah diri.”
Surah Az-Zumar ; ayat 38


Allah lah yang menjadikan malam untukmu agar kamu beristirehat padanya; (dan menjadikan) siang terang benderang. Sesungguhnya, Allah benar-benar memiliki kurnia yang dilimpahkan kepada manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.
Surah Az-Zumar ; ayat 61

Allah lah yang menjadikan bumi untukmu sebagai tempat menetap dan langit sebagai atap dan membentukmu, lalu memperindah rupamu serta memberimu rezeki daripada yang baik-baik. Demikianlah Allah, Tuhanmu, Maha Suci Allah, Tuhan seluruh alam.
Dialah yang hidup kekal, tidak ada tuhan selain Dia; maka sembahlah Dia dengan mengikhlaskan ibadah kamu kepadaNya semata-mata. Segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam.
Surah Az-Zumar ; ayat 64 dan 65

Sesungguhnya orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka mendapat pahala yang tidak ada putus-putusnya.
Katakanlah: “Patutkah kamu ingkar kepada Tuhan yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan pula sekutu-sekutu bagiNya? Ituah Tuihan seluruh alam.
Dan Dia ciptakan padanya (bumi) gunung-ganang yang kukuh di atasnya. Dan kemudian, Dia berkati dan Dia tentukan makanan-makanan (bagi penghuni)nya dalam empat masa, memadai untuk (memenuhi keperluan) mereka yang memerlukannya.
Kemudian Dia menuju ke langit dan (langit) itu masih berupa asap, lalu Dia berfirman kepadanya (langit) dan kepada bumi: “Datanglah kamu berdua menurut perintahKu dengan patuh atau terpaksa.“ Keduanya menjawab: “Kami datang dengan patuh.”
Lalu diciptakanNya tujuh langit dalam dua masa dan pada setiap langit Dia mewahyukan urusan masing-masing. Kemudian langit yang dekat (dengan bumi), Kami hiasi dengan bintang-bintang, dan (Kami ciptakan itu) untuk memelihara langit itu dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan (Allah) Yang Maha Perkasa, lagi Maha Mengetahui.
Surah Fussilat (Yang Dijelaskan) ; ayat 8, 9, 10, 11, dan 12

Dan di antara tanda-tanda kebesaranNya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sujud kepada matahari dan janganlah (pula) sujud kepada bulan, tetapi sujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika betullah kamu hanya menyembah kepadaNya (Allah).
Surah Fussilat ; ayat 37


Sekian Wassalam.

Derang Kedah Darul Aman.

Ahad, 27 April 2014

Kisah Thalut dan Jalut


“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah matinya (kering). Dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis haiwan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sesungguhnya (terdapat) tanda-tanda (keEsaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.”
(Surah Al-Baqarah ; ayat 164)


Assalammu'alaikum...wrth, hari ini Ahad 27 April 2014 Masihi bersamaan 27 Jamadil Akhir 1435 Hijrah. Dalam artikel kali ini hamba persembahkan sedikit kata-kata Ayahnda Sheikh Mahmud al-Majzub mengenai Aulia' dan kisah tentang Raja Thalut yang memimpin Bani Israil menentang tentera Palestina yang dipimpin oleh Jalut. Semoga dengan sedikit kisah ini dapat membuka mimda kita tentang Bani Israil dan Palestin yang mana kisah ini menjadi titik tolak mahsyurnya Ayahnda Nabi Daud a.s. Ayuh! marilah sama-sama menghayatinya.....


Kata-kata Hikmah Ayahnda Sheikh Mahmud Al-Majzub

Para Aulia’ tidak menyembunyikan ‘Ilmu’. Orang dunialah yang menyembunyikan ilmu, kerana ada kepentingan dan tidak ikhlas. Mereka takut anak murid mereka lebih bijak! Bersalahan dengan aulia’, mereka mahu murid-murid mereka lebih cemerlang dan Berjaya.

Dalam hadis Rasulullah s.a.w. menyatakan bahawa, para sahabat r.a.hum umpama bintang-bintang di langit. Walaupun mereka berlainan bidang seperti bertani, berniaga, kaya, miskin, panglima, hamba abdi dan lain-lain tetapi mereka mempunyai satu rahsia dengan Tuhan, iaitu memiliki sifat “kehambaan”. Inilah perjalanan Ahlullah.

Gagahnya satu-satu zaman itu disebabkan gagahnya para Aulia’ di zaman itu.

Kalau tidak ada para Aulia’ dan tidak ada orang yang takutkan Tuhan, qiamatlah dunia ini! Manusia pada hari ini boleh bernafas, boleh bernyawa disebabkan masih ada para Aulia’. Itu pun manusia masih berasa sombong dengan para Aulia’. Kalau boleh mereka hendak bunuh perjalanan para Aulia’.

Para Aulia’ ialah orang yang paling aktif dan paling sibuk dalam dunia ini. Sebab mereka faham dunia ini, “Jambatan ke Akhirat”. Mereka faham maksud surah “Wal-‘Asri”. Mereka tidak ada masa hendak buat kerja sia-sia.

Para Aulia’ yang bertugas di bumi Allah ini pada tiap-tiap satu masa ada 856 orang.  Tetapi yang paling ‘top’ di dalam menggelidah ‘dunia’ hanya ada 6 (enam) orang. Empat (4) 0rang kutub dan dua (2) orang Imaman. Mereka inilah tonggak dunia.

Untuk melahirkan manusia yang berperwatakan Aulia’, kena lahir daripada ayah yang soleh dan ibu yang solehah. Kita ambil contoh Maulana Muhammad Ilyas, Ghaust abad 14 Hijrah (Pengasas Jemaah Tabligh).

Kamu janganlah mengacau kerja para Aulia’! Kamu buatlah kerja kamu! Saya ajar kamu supaya bersesuaian dengan para Aulia’. Mudah-mudahan kamu jadi Aulia’.




Kisah Thalut dan Jalut

Kekalahan bani Israil dan Perampasan Peti dari Mereka.

Di dalam perjanjian lama dikatakan, bahwa setelah Musa a.s. wafat, tampil Yasyu’ bin Nun dari anak-cucu Yusuf a.s. memegang urusan Bani Israil. Dan bersamanya Bani Israil memasuki tanah yang telah dijanjikan kepada mereka ketika itu, yakni Palestina.

Negeri pertama yang mereka duduki adalah Kota Jericho di sebut Jerussalem. Allah s.w.t. telah memerintahkan supaya memasuki pintu gerbang kota itu dengan khusyu’ dan merendahkan diri kepada Allah Ta’ala, dan mengatakan, “Bebaskan!” atau “Ya Tuhan kami, bebaskanlah kami dari dosa-dosa”. Akan tetapi mereka melanggar perintah Allah dan memasuki kota itu dengan sombong. Mereka menganggap baik memilih fasik daripada meminta ampun kepada Tuhan sebagaimana telah diserukan kepada mereka. Oleh kerana itu, Tuhan menjadi murka dan menimpakan azab kepada mereka akibat perbuatan dosa mereka itu. 

Rujuk surah Al-Baqarah ayat 58 dan 59.

Yasyu’ yang memegang urusan Bani Israil di Palestina, dan mulailah dia memerintah hingga datang ajal. Setelah kematiannya, urusan itu dipegang oleh hakim-hakim yang memerintah selama beberapa tahun, tanpa mempunyai raja yang tegas dan mulia.

Dalam masa-masa itulah Bani Israil senantiasa menjadi mangsa serangan-serangan bangsa-bangsa tetangga.
Kebiasaan yang mereka ikuti ketika terjadi peperangan melawan musuh-musuh adalah meletakkan peti (tempat menyimpan Taurat) di hadapan mereka. Dengan demikian diharapkan mereka akan menang dengan tekad yang kuat.

Kemudian pecahlah perang berdarah antara Bani Israil dan orang-orang Palestina. Kerana Allah murka kepada Bani Israil akibat mereka telah melakukan dosa-dosa, maka mereka telah dikalahkan oleh orang-orang Palestina. Orang-orang Palestina itu telah menghina wanita-wanita dan anak cucu mereka, mengusir dari negeri mereka, merampas peti Tabut dan membawanya ke rumah Dajon, ‘tuhan’ mereka.

Di masa kekuasaan para hakim, Bani Israil berada dalam keterbelakang, sukuisme mengarah kepada kafilah-kafilah, dan hal itu terus berlangsung sampai tahun 1404 SM. Ketika itu tampil di antara mereka seorang pemimpin yang menyatukan kekuatan kafilah-kafilah mereka di bawah satu bendera, yang kemudian menjadi Raja Pertama kepada Bani Israil. Dalam sejarah Yahudi, ia dikenali dengan nama Paul, sedangkan Al-Quran menamakannya dengan Thalut.


Bani Israil Mencari Seorang Raja

Bani Israil diliputi kehinaan dan kerendahan setelah dikalahkan dan dirampas petinya. Menurut Perjajian Lama, pemuka-pemuka mereka pergi menghadap Samuel (dia adalah seorang hakim) meminta kepadanya supaya memilihkan seorang raja yang dengan pimpinannya dapat mempersatukan rakyat untuk memerangi musuh. Samuel mengetahui hakikat dan tabiat kaumnya, bahwa mereka saling tolak menolak antara satu dengan lainnya di dalam berperang. Oleh kerana itu, dia bertanya kepada mereka, “Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang?” Mereka mengingkari hal itu akan terjadi pada mereka, dan berkata, “Bagaimana mungkin kami tidak berperang untuk mengembalikan hak-hak kami, sedangkan musuh-musuh telah mengusir kami dari negeri kami”. 

Benarlah apa yang diduga oleh Samuel itu. Kerana ketika Allah memenuhi keinginan mereka dengan mewajibkan perang, ternyata mereka mundur enggan berperang, kecuali sekelompok kecil sahaja.

Di dalam Al-Quran dikatakan, “Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada Nabi mereka, ‘Angkatlah untuk kami seorang Raja supaya kami berperang di bawah pimpinannya di jalan Allah’. Nabi mereka menjawab, ‘Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang’. Mereka menjawab, ‘Mengapa kami tidak mahu berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampong halaman kami dan dari anak-anak kami?’. Maka tatkala perang itu di wajibkan atas mereka, mereka pun berpaling, kecuali beberapa orang saja di antara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui siapa orang-orang yang zalim”.

(Surah Al-Baqarah ayat 246)


Thalut Menguasai Kerajaan

Masih di dalam Perjanjian Lama. Samuel memberitahu kepada Bani Israil bahwa Allah mengabulkan keinginan mereka dan mengangkat Thalut sebagai raja mereka. Dia adalah salah seorang di antara anak cucu Bunyamin. Akan tetapi Bani Israil itu merasa enggan dan menolak pengangkatan itu, kerana dia dianggap bukan dari keturunan terhormat. Menurut pandangan mereka, keturunan merekalah yang lebih banyak mengendalikan kerajaan dibanding Thalut. Dahulu, raja Bani Israil adalah dari anak cucu Yahuda, dan kenabian adalah dari anak cucu Lawi. Sedangkan Thalut adalah dari anak cucu Bunyamin yang termasuk orang-orang asing. Mereka juga menolak berkuasanya Thalut kerana alasan lain. Dia adalah seorang kafir, tidak mempunyai banyak harta, sedangkan bagi orang-orang Yahudi harta adalah salah satu di antara sebab-sebab utama bagi kemuliaan dan kehormatan.

Samuel menjawab kepada orang-orang yang membantah, bahwa Allah telah mengutus Thalut dan melebihkannya atas mereka dengan sifat-sifat yang mungkin untuk menjadi raja. Dan Allah telah memberi ilmu yang memungkinkan untuk mengetahui urusan-urusan politik dan merubah keadaan mereka dengan hikmah dan ilmu pengetahuan, sebagaimana Allah telah memberi kekuatan fisik yang menopang untuk dapat bersikap tabah dalam berperang atau ketika berhadapan dengan musuh kemudian nanti. Sesungguhnya Allah yang telah memilih Thalut untuk mengetahui urusan-urusan makhluk-Nya, kerana Dialah yang merubah urusan-urusan alam sebagaimana Dia kehendaki. Maka dia memberikan kerajaan kepada siapa saja yang Dia kehendaki, kerana adanya suatu hikmah yang tidak diketahui oleh selain-Nya.

Firman Allah s.w.t. didalam surah Al-Baqarah ayat 247.

“Nabi mereka mengatakan kepada mereka, ‘Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu’. Mereka menjawab, Bagaimana Thalut memerintahkan kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang dia pun tidak diberi kekayaan yang banyak?’ Nabi (mereka) berkata, ‘Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa (Dari sini, dapat diambil suatu pengertian bahwa kepimpinan yang benar itu bukanlah kerana keturunan, akan tetapi kerana kelebihan-kelebihan yang dituntut di dalam kepemimpinan. Yaitu kekuatan akal fikiran yang didasari ilmu pengetahuan yang luas yang menolong di dalam merubah urusan-urusan, dan kekuatan tubuh yang menolong di dalam memikul beban-beban kepemimpinan), Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberiannya lagi Maha Mengetahui.”


Tanda Thalut akan Menjadi Raja

Al-Quran menyebutkan  Nabi mereka telah memberitahu kepada Bani Israil bahwa tanda Thalut akan menjadi raja ialah, dia akan memimpin mereka kepada kemenangan dan tabut yang di dalamnya terdapat lambang kejayaan mereka dan ketenangan hatinya, yang di dalamnya terdapat peninggalan keluarga Musa a.s. dan Harun a.s. Misalnya sabak-sabak yang bertulis wasiat-wasiat Allah, akan kembali kepada mereka yang dibawa oleh malaikat.

Allah s.w.t. berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 248, “Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka, ‘Sesungguhnya tanda dia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun. Tabut itu dibawa oleh malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman.”


Thalut Menguji Pasukannya

Thalut menyeru kaumnya untuk berperang di jalan Allah, dan memerintah untuk memerangi musuh-musuh yang telah menghina mereka. Maka bersatulah pasukannya di bawah satu pimpinan untuk memerangi orang-orang Palestina yang dipimpin oleh Jalut (Dalam kitab Perjanjian Lama namanya adalah Jaliat) yang terkenal berani, kejam, yang kepahlawanannya dan kemenangan-kemenangannya tersebar ke seluruh bangsa yang berdekatan. Sehingga mereka merasa takut dan mundur untuk berperang bersama Thalut.

Thalut berjalan bersama pasukannya meninggalkan negeri mereka hingga mendekati daerah pertemuan dengan musuh. Ketika itu Thalut ingin menguji tekad pasukannya di dalam berperang, dan ingin mengetahui batas ketahanan serta ketaatan mereka kepadanya. Dan ketika mereka telah mencapai kepayahan dan kehausan, dia berkata kepada mereka, ‘Sesungguhnya kamu akan melewati sebatang sungai, dan dengan sungai itu Allah akan menguji kamu, supaya Dia membezakan antara yang taat dan yang ingkar. Maka barang siapa yang meminum air sungai itu dan tidak mencicipinya, ia adalah termasuk pengikut-pengikutku”. Maka ketika tiba di sungai itu, kebanyakan di antara mereka melanggar perintah Thalut, dan meminum tanpa bernafas atau mempedulikan larangan Thalut.

“Maka tatkala Thalut keluar membawa tenteranya, dia berkata, ‘Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya, bukanlah dia pengikutku. Dan barang siapa tiada meminumnya kecuali seceduk tangan maka dia adalah pengikutku.’ Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka”. 

Surah Al-Baqarah ayat 249.

Hikmah dari Thalut melarang tenteranya untuk minum air sungai, kecuali seceduk saja untuk sekadar membasahi hausnya, adalah sebagai latihan bagi tenteranya untuk menghadapi kesulitan-kesulitan dan hal-hal yang menakutkan di dalam peperangan. Dan barangkali itu adalah siasat perang yang dicarinya di balik larangannya itu, sebagaimana dikatakan oleh Syeikh Muhammad Abu Zahrah : “Sungai itu adalah pemisah antara Bani Israil dengan musuh-musuhnya. Dan mereka telah sampai di situ dalam keadaan sangat haus dan payah. Oleh kerana itu, Thalut merasa khawatir jika mereka berdiam di sekitar sungai itu dan memenuhi perut-perut mereka lalu berkumpul dan terus beristirehat. Sehingga apabila musuh-musuh mengetahui keadaan mereka, mereka akan melintasi sungai itu lalu menjauhinya. Oleh kerana itu, maka Thalut ingin membawa musuhnya ke dalam rounde pertama yang mengejutkan. Kemudian dia melintasi sungai itu sebelum musuh-musuhnya mengetahuinya…. Hal ini sesuai dengan siasat-siasat perang. Kerana serangan yang tiba-tiba dalam peperangan adalah senjata yang paling ampuh”.


Kemenangan Thalut

Thalut bersama orang-orang yang sabar atas kehausan dan kepayahan telah melewati sungai itu. Dan setelah pengikut-pengikut yang besar jumlahnya mundur, mereka mendapati jumlah mereka menjadi sedikit dan lemah di hadapan musuh-musuh mereka yang banyak.

Kemudian berkatalah sebahagian di antara mereka yang merasa takut oleh kerana banyaknya jumlah musuh, “Kita sekarang tidak mempunyai kekuatan lagi untuk melawat tentera Jalut”. Sedangkan sebagian lagi yang beriman tidak merasa takut oleh banyaknya jumlah musuh, kerana merasa yakin bahwa mereka akan bertemu dengan Tuhan setelah mati nanti. Mereka berkata, “Berapa banyak terjadi bahwa pasukan yang sedikit jumlahnya dapat mengalahkan pasukan yang besar jumlahnya dengan izin Allah. Oleh sebab itu, hendaklah kita bersabar dalam menghadapi musuh. Sesungguhnya Allah akan memberikan kemenangan dan kekuatan kepada orang-orang yang bersabar”.

Tatkala orang-orang mukmin keluar untuk memerangi Jalut dan tenteranya, mereka lalu mengadap Allah sambil merendahkan diri, agar Dia memenuhi hati mereka dengan kesabaran dan meneguhkannya di medan perang, serta memenangkan atas musuh-musuhnya. Maka Allah memperkenankan doa mereka dan kemenangan. Daud telah berhasil membunuh Jalut, dan Allah s.w.t. memberinya kerajaan dari ilmu dan hikmah. 

Begitulah Allah s.w.t. menolong hamba-hambaNya yang soleh. Dan jika Allah Ta’ala tidak menjadikan orang-orang yang berbuat baik berkuasa atas orang-orang yang berbuat kerosakan untuk menghapuskan kerosakan mereka, dan jika tidak menjadikan sebagian orang-orang jahat berkuasa atas sebagian yang lainnya, niscaya bumi ini tidak akan makmur, dan akan tersebarlah kerosakan. Akan tetapi, Allah s.w.t. selalu berbuat baik dan melimpahkan karunia-Nya ke atas semua manusia.

Sila rujuk Al-Quran dalam surah Al-Baqarah ayat 249 hingga 251.

Dengan kesabaran dan ketabahan serta ketaatan kepada pemimpinnya, kadangkala golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak yang kurang kesabaran, ketabahan, persatuan dan ketaatan kepada pemimpinnya. Ini adalah fakta-fakta dari kebanyakan peperangan yang dimuat dalam sejarah-sejarah peperangan baik sekarang maupun dahulu. Maka sesungguhnya jumlah yang banyak itu bukanlah faktor terpenting bagi suatu pasukan ketenteraan untuk menang atas lawannya. Dan ini adalah sunnah Allah pada makhluk-Nya yang diperlihatkan oleh Allah kepada setiap bangsa tertindas yang ingin mengembalikan kehormatan dan kemerdekaannya.


Ayahnda Daud a.s. membunuh Jalut

Di dalam Al-Quran, tidak diterangkan secara terperinci bagaimana Nabi Daud a.s. membunuh Jalut. Namun dalam kitab perjanjian lama ada diterangkan secara terperinci, dan akan penulis kemukakan dengan ringkasnya.

Orang-orang Palestina telah mempersiapkan bala tenteranya untuk memerangi Bani Israil, dan Thalut bersama para pemuka Bani Israil tampil pula untuk menghadapinya. Masing-masing golongan berada di atas sebuah bukit, dan di antara mereka terdapat sebuah lembah. Hari demi hari berlalu, tetapi tidak satu golongan pun berani menyerang yang lainnya. Ketika itu dari bala tentera Palestina keluar seorang laki-laki yang bertubuh besar dan tampak menakutkan. Laki-laki itu bernama Jalut. Dia lah ketua pasukan tentera Palestina. Dia lengkap bersenjata dan di tangannya membawa panah yang sangat besar.

Jalut keluar dari pasukannya, lalu berdiri di tengah-tengah lembah dan mencabar barisan-barisan Bani Israil supaya memilih seorang laki-laki di antara mereka untuk bertanding dengannya. Dia berkata, “Jika laki-laki dari kamu itu dapat mengalahkan aku, maka kami akan menjadi hamba kamu. Dan jika aku menang dan dapat membunuhnya, maka kamu semua menjadi hamba kami”.

Mendengar perkataan Jalut tadi, Thalut dan bala tenteranya takut dan mundur tidak mau bertempur. Jalut terus mencabar mereka selama empat puluh hari, pagi dan petang. Dan Thalut telah membuat perjanjian bahwa dia akan melimpahkan harta kepadas siapa saja yang dapat membunuh Jalut, dan akan mengawinkan dengan putrinya.

Seorang laki-laki dari Betlehem bernama Yassi mempunyai tiga orang anak laki-laki yang mengikuti bala tentera Thalut untuk berperang. Dia mempunyai anak keempat bernama Daud yang diutus untuk mengawasi keadaan saudara-saudaranya. Daud melihat jalut sedang mencabar Bani Israil untuk berkelahi, sedangkan orang-orang menjauhi kerana takut, dan Jalut terus menghina dan merendahkan mereka. Ketika itu tergeraklah hati Daud rasa ingin menyahut cabaran, dan minta izin kepada Thalut supaya mengizinkannya untuk melawan Jalut. Thalut tidak mengizinkan bahkan menakut-nakutkannya bahwa dia akan dikalahkan. Tetapi akhirnya dia pun mengizinkan juga untuk Daud melawan jalut, sambil memakaikan baju besi kepada Daud. 

Daud belum mengetahui bagaimana dia harus berjalan dengan baju besi itu, kerana belum terbiasa memakainya, oleh sebab sukar dia bergerak dengan baju besi itu lalu Daud menanggalkannya. Kemudian Daud mengambil tongkat dengan tangannya dan memungut lima batu licin dari lembah, lalu memasukkan batu-batu itu dan pelantingnya ke dalam kentongnya.

Ketika perkelahian dimulai, Jalut ingin mendahului Daud dengan lemparan lembingnya. Tetapi Daud lebih cepat daripada Jalut, lalu melemparkan batu dengan pelantingnya tepat mengenai kening Jalut. Orang besar itu (Jalut) jatuh berguling-guling di atas tanah, dan secepat kilat Daud melompat ke arah jalut, mencabut pedang Jalut dan memenggal kepala Jalut.

Orang-orang Palestina sangat takut ketika melihat pemimpin mereka terbunuh. Pergaduhan pun meledak dalam barisan mereka, lalu berbalik lari. Sedangkan Thalut bersama orang-orangnya, mengejar mereka dan banyak di antara orang-orang Palestina yang terbunuh.


Kematian Thalut dan Berkuasanya Daud sebagai Raja

Di dalam Perjanjian Lama juga dikatakan, setelah Daud berhasil membunuh Jalut, dia mendapat posisi yang baik di hadapan Thalut di samping menjadi seorang terkemuka di antara panglima-pamglima perang Bani Israil. Tetapi rasa iri telah merasuki hati Thalut yang melihat bahwa dalam diri Daud terdapat persaingan yang membayangkan dirinya. Apalagi Daud sangat mencintai seluruh Bani Israil. Selanjutnya, rasa iri itu berubah menjadi rasa dengki yang mematikan. Thalut berkali-kali berusaha untuk membunuh Daud, namun usahanya itu selalu gagal.

Kemudian pecahlah perang Jalbu’ yang dalam perang itu Bani Israil dapat merebut kembali tanah asal mereka, dan terbunuhnya tiga orang anak Thalut. Para pemanah orang-orang palestina melihat Thalut, lalu mengambil kesempatan dengan menghujaninya dengan anak panah. Thalut telah cedera parah, kemudian Thalut menyuruh pembawa senjatanya mencabut pedang dan menikam kepadanya, dengan maksud agar tidak mati dibunuh oleh musuh-musuhnya. Dan setelah kematiannya nanti supaya membuat patung dirinya. Tetapi si pembawa senjatanya itu enggan, lalu Thalut sendiri yang mengambil pedangnya dan menjatuhkan diri ke atas pedangnya dan matilah Thalut.

Setelah itu Daud a.s. menuju Gibran, kota Khalil sekarang. Kemudian datang pemuka-pemuka Yahudi dan mengangkatnya sebagai seorang Raja di negeri Yahudi. Sisa-sisa Bani Israil ternyata lebih dekat dan taat kepada Eshbushat, putra Thalut. Sehingga pecah pula peperangan antara orang-orang Daud a.s. dan oramg-orang Eshbushat sampai matinya putra Thalut itu. Setelah itu jadilah Daud a.s. Raja bagi anak cucu Bani Israil seluruhnya.

Ketika Daud a.s. menguasai seluruh Israil, baginda berumur 30 tahun, dan tempoh kekuasaannya ialah 40 tahun. Di Ghibran, baginda menguasai Yahudi selama 9 tahun 6 bulan, dan di Yerussalam, baginda menguasai seluruh Israil dan Yahudi selama 33 tahun.

Sebelum wafatnya, Ayahnda Daud a.s. telah mengangkat putranya, Sulaiman a.s. untuk menjadi penggantinya. Dan tatkala Sulaiman a.s. berkuasa, selesailah sudah tugas ayahndanya, kemudian Sulaiman a.s. menduduki negeri, mengatur kerajaan dengan peraturan yang baru, membangun tempat peribadatan dan baginda diberi hikmah. 

Demikian lah ringkasan yang dinukil dari Perjanjian Lama.

Wallahu’alam.

Kangar, Perlis Indera Kayangan