Ayahnda

Ayahnda

Ahad, 31 Ogos 2014

Kisah Seorang Nabi, Hamba, Raja dan Hakim (Ayahnda Daud a.s.)


Assalammualaikum...wrth, hari ini Ahad 31 Ogos 2014 Masihi bersamaan 05 Zulkaedah 1435 Hijrah. Alhamdulillah  sama-samalah kita bersyukur kepada Allah Ta'ala kerana dikurniakan kepada kita umur untuk menyaksikan sambutan kemerdekaan MALAYSIA kali yang ke 57.

Disini Lahirnya sebuah CINTA.... 

Semoga saudara dan saudari sekalian sihat sejahtera selalu hendaknya. Dalam artikel kali ini hamba ingin mengajak saudara saudari sekalian bersama-sama hamba mengimbau kembali kisah Ayahnda Daud a.s. selepas baginda menjadi Raja dan Utusan Allah bagi anak cucu Bani Israil serta Yahudi seluruhnya.


Ayahnda Daud a.s. sebagai Hakim

Nabi Daud a.s. telah membahagi hari-harinya menjadi empat bahagian: sehari untuk beribadah, sehari untuk menjadi hakim, sehari untuk memberikan pengajaran, dan sehari lagi untuk kepentingan peribadinya.

Pada suatu hari, pada hari-hari yang dipergunakan untuk kepentingan peribadi, ketika Dia menyepi dan tidak ada seorang pun yang berani mengganggu ketenangannya, tiba-tiba tanpa sepengetahuan para penjaga, dua orang lelaki telah melompati pagar dan masuk ke dalam mihrabnya, Ayahnda Daud a.s. terkejut melihat kedatangan mereka yang secara tiba-tiba itu, dan mengira bahwa mereka akan berniat jahat kepadanya. Mereka berkata, "Jangan takut! kami hanyalah dua orang yang berselisih. Kami datang kepadamu untuk meminta keputusan. Maka berilah kami keputusan yang benar, jangan zalim, dan bimbinglah kami ke jalan yang lurus dan jelas".

Mulailah orang yang teraniaya mengadukan perkaranya, seraya berkata, “Sesungguhnya teman dan saudaraku seagama ini (sambil menunjuk kepada temannya) memiliki 99 ekor kambing, ingin memiliki seekor kambingku. Aku telah berusaha memberikan penjelasan kepadanya bahwa permintaannya itu adalah salah. Tetepi aku gagal dan kalah dalam mendebat dan melawanya”.


Setelah mendengar cerita ini, Daud a.s. menyalahkan si pemilik 99 kambing yang akan mengambil kambing satu-satunya milik temannya itu. Kemudian Daud a.s memberikan keputusan bahwa si pemilik 99 kambing itu telah berbuat aniaya dengan permintaannya itu, dan keadaannya seperti kebanyakan teman yang berusaha menganiaya teman-teman mereka sendiri. Padahal kewajipan mereka adalah berlaku adil terhadap sesamanya.

Watak seperti inilah yang dimiliki oleh kebanyakan manusia, selain orang-orang yang beriman yang mengerjakan amal soleh dan sedikit sekali ditemui did lam masyarakat. Di sini, tampaklah bahwa Ayahnda Daud a.s. berhati-hati terhadap dua orang yang berselisih dengan perkara semacam ini, bahwa mereka utusan Allah sebagai cobaan. Hal itu agar Ayahnda Daud a.s. selalu waspada terhadap sesuatu urusan yang patut menjadi perhatiannya, sesuai dengan kedudukannya. Oleh kerana itu, Ayahnda Daud a.s. memohon ampun kepada Allah Ta’ala, lalu menundukkan diri sambil bersujud dan kembali kepadaNya, agar Dia berkenan menerima taubatnya.

Maka Allah s.w.t. pun menerima taubatnya, dan menenangkannya bahwa Daud a.s. didekatkan kepadaNya, dan tempat kembalinya adalah syurga.

Rujuk firman Allah s.w.t. dalam surah Shod ayat 21 hingga 25.


Suatu pendapat mengatakan ; bahwa cobaan yang dimaksudkan adalah keluarga Ayahnda Daud a.s. yang ditutupinya daripada manusia ramai. Padahal kewajipan seorang hakim adalah senantiasa mempersiapkan diri untuk menghakimi dan tidak meletakkan tabir penghalang antara dia dengan orang-orang yang berselisih. Hal ini seperti telah dilakukan Ayahnda Daud a.s. terhadap dua orang yang berselisih yang menaiki mihrabnya, lalu menemuinya.

Pendapat lain mengatakan ; bahwa cobaan itu adalah keputusannya yang dibuat terhadap dua orang yang berselisih, yaitu setelah mendengar alas an dari salah seorang di antara keduanya, sedangkan dia belum mendengar alas an dari yang lainnya.

Pendapat lain mengatakan pula ; bahwa cobaan itu ada pada perasaan Ayahnda Daud a.s. sebagai seorang raja dan seorang yang mempunyai kekuatan. Dalam semua itu dia melihat adanya cobaan dan ujian dari Allah yang diberikan bagi dirinya, sehingga dia takut apabila jatuh ke dalam kezaliman sebagaimana halnya kebanyakan pemerintah.

Kemudian Ayahnda Daud a.s. bermaksud akan memperlihatkan keagungan pemberian yang telah diberikan kepadanya, yakni bahwa Allah menjadikannya pemimpin di muka bumi. Kepemimpinan inilah biasanya menjadikan manusia berbuat sewenang-wenang dan memerintah menurut hawa nafsunya. Oleh sebab itu, Allah Ta’ala menyeru agar memerintah manusia dengan benar dan bukan dengan hawa nafsu. Kerana hal itu akan memalingkan dari jalan Allah yang berdiri tegak di atas keadilan yang mutlak. Dan orang-orang yang berpaling dari jalan Allah akan mendapatkan siksaan yang amat pedih pada hari kiamat nanti, yang disebabkan oleh kelupaan mereka kan akibat kezaliman dan berpaling dari kebenaran inilah yang telah diwasiatkan Allah Ta’ala kepada Ayahnda Daud a.s. dengan firmanNya :

“Wahai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan jangan kamu mengikuti hawa nafsu, kerana ia menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang pedih, kerana mereka melupakan hari perhitungan.”
Surah Shod ayat 26.


Ayahnda Daud a.s. Sebagai Hamba

Allah Ta’ala menggambarkan ibadah Ayahnda Daud a.s. dengan firmannya :

“Dan ingatlah hamba Kami, Daud yang mempunyai kekuatan; sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan). Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia (Daud) di waktu petang dan pagi, dan (Kami tundukkan pula) burung-burung dalam keadaan terkumpul. Masing-masingnya amat taat kepada Allah.”
Surah Shod ayat 17 hingga 19.


Dalam ayat-ayat ini, Allah Ta’ala memerintahkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. agar mengingati hamba-Nya dan Nabi-Nya Daud a.s. Hal ini dimaksudkan agar Baginda s.a.w. dapat mengambil contoh yang baik daripadanya, kerana Ayahnda Daud a.s. mempunyai sifat dza’l aid, yaitu mempunyai kekuatan dalam beragama, yang tidak lemah kerana kekerasan dan tidak luluh kerana penganiayaan. Allah Ta’ala juga mensifatkan Ayahnya Daud a.s. dengan sifat awwab, yaitu banyak kembali kepada Allah dan bersandar diri kepada-Nya dalam menghadapi kekejaman dan kesusahan, baik secara sembunyi-sembunyi mahupun terang-terangan.

Allah Ta’ala juga telah menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama Ayahnda Daud a.s. pada waktu petang dan pagi hari dengan bahasa khusus yang tidak dapat dimengerti oleh manusia biasa. Tetapi dapat dimengerti oleh Ayahnda Daud a.s. dengan pancaindera, pengetahuan dan kelebihan khusus yang telah diberikan oleh Allah Ta’ala kepadanya. Demikian pula burung-burung, mereka berkumpul di sekeliling Ayahnda Daud a.s. ketika dia bertasbih kepada Allah Ta’ala, bahkan mereka mengikutinya. Hal ini pun disebutkan oleh Allah s.w.t. dengan firmanNya :

“Dan sesungguhnya Kami berikan Daud karunia dari Kami. (Kami berfirman), ‘Wahai gunung-gunung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud.”
Surah Shod ayat 10.


Kerajaan dan Hikmah Ayahnda Daud a.s.

Allah Ta’ala menyebutkan nikmat-nikmatNya yang telah dilimpahkan kepada Ayahnda Daud a.s. dengan firmanNya :

“Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan kepadanya hikmah dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan.”
Surah Shod ayat 20

Yang dimaksudkan dengan ‘Kami kuatkan kerajaannya’ ialah ; Allah Ta’ala menguatkan kerajaannya dengan wibawa kemenangan, kekuatan tentera dan nikmat yang berlipat ganda. Dan yang dimaksudkan dengan ‘Kami berikan kepadanya hikmah’ ialah ; kenabian, ilmu yang sempurna dan ilmu perundangan (undang-undang). Sedangkan yang dimaksudkan dengan ‘kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan’ ialah ; kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan yang terjadi antara orang-orang yang berselisih dengan memisahkan antara yang benar dan yang salah.



Mukjizat Ayahnda Daud a.s.

Allah s.w.t. telah menunjukkan kelebihan Ayahnda Daud a.s., iaitu hal-hal luar biasa yang tidak dapat diperbuat oleh manusia biasa.

Firman Allah s.w.t. :

“Dan Kami lunakkan besi untuknya, (yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya, dan kerjakanlah amalan yang soleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan.”
Surah Saba’ ayat 10 dan 11.

Maksudnya Allah Ta’ala telah melunakkan dan menundukkan besi untuknya, hingga menjadi seperti dian lilin yang dapat diubah sekehendaknya tanpa menggunakan api ataupun palu (pengetuk). Dan dari besi itu Ayahnda Daud a.s. membuat baju-baju besi yang dikukuhkan dengan tenunan dari bulatan-bulatan rantai yang jalin-menjalin. Jenis baju besi seperti ini tidak akan mengganggu pemakainya semasa bergerak, tidak seperti baju-baju besi yang terdiri dari satu lembaran.

Al-Quran telah menunjukkan hal itu juga :

“Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperangan.”
Surah Al-Anbiya’ ayat 80.

Maksudnya, Allah Ta’ala telah mengajarkan kepada Ayahnda Daud a.s. bagaimana cara membuat pakaian, yaitu baju yang terbuat dari besi untuk menjaga sebatan pedang dan tikaman lembing dalam peperangan melawan musuh.



Kitab Ayahnda Daud a.s.

Al-Quran menyebutkan bahwa Allah Ta’ala telah memberikan sebuah kitab kepada Ayahnda Daud a.s. yang bernama Zabur.

“Dan Kami telah memberikan Kitab Zabur kepada Daud.”

Para ahli kitab menamakannya dengan Al-Mazamir, yaitu syair-syair keagamaan yang menyentuh perasaan hati dan berlagu. Di antaranya terdapat nyayian-nyayian merdu dan pantun-pantun yang mengandungi pujian-pujian terhadap Allah dan kekaguman terhadap ciptaanNya, selawat-selawat, pengajaran wasiat-wasiat Tuhan beserta pahala-pahala dan siksa-siksaNya.

Kebanyakan Muzamir itu kepunyaan Ayahnda Daud a.s. dan setelah Muzamir Ayahnda Daud a.s., dibuatkan beberapa Muzamir lainnya. Beberapa Muzamir itu adalah buatan Haman, Athan, Sulaiman, Asap, Jadwathan, Musa dan putra-putra Cyrruh.

Wallahu’alam.



Sekian Wassalam…

Derang, Kedah MALAYSIA...