Ayahnda

Ayahnda

Ahad, 27 November 2011

Ayahnda Nuh a.s. melanjutkan Dakwah Keimanan kepada Allah Yang Esa



Doa Akhir Tahun Hijrah 1432

Segala pujian bagi Allah seru sekalian alam; selawat dan salam ke atas junjungan Rasulullah s.a.w. dan kepada keluarga serta sahabat baginda sekalian.

Ya Allah, Apa yang telah kami lakukan sepanjang tahun ini dari apa yang Engkau larang kami daripadanya, dan tidak sempat kami bertaubat darinya dan Engkau tidak meridhainya dan tidak Engkau melupainya dan Engkau berlemeh lembut kepada kami walaupun Engkau berkuasa menyiksa kami; malah Engkau memberi peluang supaya kami bertaubat setelah kami melakukan maksiat kepada Engkau; maka sesungguhnya kami memohon keampunan Engkau; ampunilah kami dan apa yang kami lakukan padanya dari apa yang Engkai ridhainya dan Engkau telah menjanjikan kami ganjaran pahala ke atasnya; maka kami memohon akan Dikau wahai Tuhan yang Mulia yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan, semoga Engkau menerima kami dari kurnia Engkau wahai Tuhan Yang Mulia.

Dan cucurilah rahmat kepada penghulu kami Nabi Muhammad s.a.w. dan kepada keluarganya dan para sahabatnya, dan salam dengan kemurahan; Maha Suci Engkau Tuhan yang Tinggi dan Mulia daripada sesuatu yang disifatkan; dan kesejahteraan kepada sekalian Rasul; dan segala pujian bagi Allah Tuhan sekalian alam.


Ayahnda Nuh a.s. melanjutkan Dakwah Keimanan kepada Allah Yang Esa.

Assalamu’alaikum…wrt,

Ayahnda Nuh a.s. tidak mudah berputus asa dalam melaksanakan seruan dakwah terhadap kaumnya. Akan tetapi, kaum Nabi Nuh a.s. tidak mau menghiraukan nasihat dan ancaman Allah s.w.t. Mereka tetap mengingkari kenabian Ayahnda Nuh a.s.

Berkata mereka kepada Nabi Nuh a.s. :"Bukankah engkau hanya seorang daripada kami dan tidak berbeda daripada kami sebagai manusia biasa. Jikalau betul Allah akan mengutuskan seorang rasul yang membawa perintah-Nya, nescaya Ia akan mengutuskan seorang malaikat yang patut kami dengarkan kata-katanya dan kami ikuti ajakannya dan bukan manusia biasa seperti engkau hanya dpt diikuti orang-orang rendah kedudukan sosialnya seperti para buruh petani orang-orang yang tidak berpenghasilan yang bagi kami mereka seperti sampah masyarakat. Pengikut-pengikutmu itu adalah orang-orang yang tidak mempunyai daya fikiran dan ketajaman otak, mereka mengikutimu secara buta tuli tanpa memikirkan dan menimbangkan masak-masak benar atau tidaknya dakwah dan ajakanmu itu. Cuba agama yang engkau bawa dan ajaran -ajaran yang engkau sadurkan kepada kami itu betul-betul benar, nescaya kamilah dulu mengikutimu dan bukannya orang-orang yang mengemis pengikut-pengikutmu itu. Kami sebagai pemuka-pemuka masyarakat yang pandai berfikir, memiliki kecerdasan otak dan pandangan yang luas dan yang dipandang masyarakat sebagai pemimpin-pemimpinnya, tidaklah mudah kami menerima ajakanmu dan dakwahmu. Engkau tidak mempunyai kelebihan di atas kami tentang soal-soal kemasyarakatan dan pergaulan hidup. Kami jauh lebih pandai dan lebih mengetahui drpmu tentang hal itu semuanya. Anggapan kami terhadapmu, tidak lain dan tidak bukan, bahawa engkau adalah pendusta belaka."


Difirmankan Allah s.w.t. dalam surah Hud ayat 27.

“Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya, “Kami tidak melihat kamu, melaikan sebagai seorang manusia biasa seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikut kamu, melainkan orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang yang dusta”.

Firman Allah s.w.t. lagi dalam surah al-A’raaf ayat 60 hingga ayat 63.


“Pemuka-pemuka dari kaumnya berkata, “Sesungguhnya kami memandang kamu berada dalam kesesatan yang nyata”. (60) Nuh menjawab: “Wahai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikitpun tetapi aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam”. (61) “Aku sampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku memberi nasihat kepadamu, dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui”. (62) “Dan apakah kamu tidak percaya dan heran bahwa datang kepada kamu peringatan dari Tuhanmu dengan perantaraan seorang laki-laki dari golonganmu agar dia memberi peringatan kepadamu dan mudah-mudahan kamu bertakwa dan supaya kamu mendapat rahmat?”. (63)


Ayahnda Nuh a.s. melanjutkan dakwahnya dengan mempergunakan metode diskusi dan menanggulangi kekerasan hati mereka.

Ayahnda Nuh a.s. berkata, menjawab ejekan dan olok-olokan kaumnya: "Adakah engkau mengira bahwa aku dpt memaksa kamu mengikuti ajaranku atau mengira bahwa aku mempunyai kekuasaan untuk menjadikan kamu orang-orang yang beriman jika kamu tetap menolak ajakan ku dan tetap membuta-tuli terhadap bukti-bukti kebenaran dakwahku dan tetap mempertahankan pendirianmu yang tersesat yang diilhamkan oleh kesombongan dan kecongkakan karena kedudukan dan harta-benda yang kamu miliki. Aku hanya seorang manusia yang mendpt amanat dan diberi tugas oleh Allah untuk menyampaikan risalah-Nya kepada kamu. Jika kamu tetap berkeras kepala dan tidak mahu kembali ke jalan yang benar dan menerima agama Allah yang diutuskan-Nya kepada ku maka terserahlah kepada Allah untuk menentukan hukuman-Nya dan ganjaran-Nya keatas diri kamu. Aku hanya pesuruh dan rasul-Nya yang diperintahkan untuk menyampaikan amanat-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Dialah yang berkuasa memberi hidayah kepadamu dan mengampuni dosamu atau menurunkan azab dan seksaan-Nya di atas kamu sekalian jika Ia kehendaki. Dialah pula yang berkuasa menurunkan seksa dan azab-Nya di dunia atau menangguhkannya sampai hari kemudian. Dialah Tuhan pencipta alam semesta ini, Maha Kuasa, Maha Mengetahui, Maha Pengasih dan Maha Penyayang".

Kaum Nuh a.s. mengemukakan syarat dengan berkata: "Wahai Nuh! Jika engkau menghendaki kami mengikutimu dan memberi sokongan dan semangat kepada kamu dan kepada agama yang engkau bawa, maka jauhkanlah para pengikutmu yang terdiri dari orang-orang petani, buruh dan hamaba-hamba sahaya itu. Usirlah mereka dari pengaulanmu karena kami tidak dpt bergaul dengan mereka duduk berdampingan dengan mereka mengikut cara hidup mereka dan bergabung dengan mereka dalam suatu agama dan kepercayaan. Dan bagaimana kami dpt menerima satu agama yang menyama-ratakan para bangsawan dengan orang awam, penguasa dan pembesar dengan buruh-buruhnya dan orang kaya yang berkedudukan dengan orang yang miskin dan papa."


Ayahnda Nuh a.s. menolak pensyaratan kaumnya dan berkata: "Risalah dan agama yang aku bawa adalah untuk semua orang tiada pengecualian, yang pandai mahupun yang bodoh, yang kaya mahupun miskin, majikan ataupun buruh, diantara peguasa dan rakyat biasa semuanya mempunyai kedudukan dan tempat yang sama terhadap agama dan hukum Allah. Andai kata aku memenuhi pensyaratan kamu dan meluluskan keinginanmu menyingkirkan para pengikutku yang setia itu, maka siapakah yang dpt ku harapkan akan meneruskan dakwahku kepada orang ramai dan bagaimana aku sampai hati menjauhkan drpku orang-orang yang telah beriman dan menerima dakwahku dengan penuh keyakinan dan keikhlasan di kala kamu menolaknya serta mengingkarinya, orang-orang yang telah membantuku dalam tugasku di kala kamu menghalangi usahaku dan merintangi dakwahku. Dan bagaimanakah aku dpt mempertanggungjawabkan tindakan pengusiranku kepada mereka terhadap Allah bila mereka mengadu bahawa aku telah membalas kesetiaan dan ketaatan mereka dengan sebaliknya semata-mata untuk memenuhi permintaanmu dan tunduk kepada pensyaratanmu yang tidak wajar dan tidak dpt diterima oleh akal dan fikiran yang sihat. Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang bodoh dan tidak berfikiran sihat.”

Allah s.w.t rakamkan ucapan dakwah Ayahnda Nuh a.s. dalam surah Hud ayat 28 hingga 31.

Berkata Nuh : “Wahai kaumku, bagaimana fikiranmu, jika aku ada mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku, dan diberikannya aku rahmat dari sisiNya, tetapi rahmat itu disamarkan bagimu. Apakah akan kami paksakan kamu menerimanya, padahal kamu tiada menyukainya?” (28). Dan (dia berkata) : “Wahai kaumku, aku tiada meminta harta benda kepada kamu (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya, akan tetapi aku memandangmu suatu kaum yang tidak mengetahui” (29). Dan (Dia berkata) : “Wahai kaumku, siapakah yang akan menolongku dari azab Allah jika aku mengusir mereka. Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran?” (30). Dan aku tidak mengatakan kepada kamu (bahwa) : “Aku mempunyai gudang-gudang rezeki dan kekayaan dari Allah, dan aku tiada mengetahui yang ghaib, dan tidak pula aku mengatakan : “Bahwa sesungguhnya aku adalah malaikat”, dan tidak juga aku mengatakan kepada orang-orang yang dipandang hina oleh penglihatanmu : “Sekali-kali Allah tidak akan mendatangkan kebaikan kepada mereka”. Allah lebih mengetahui apa yang ada pada diri mereka; sesungguhnya aku, kalau begitu benar-benar termasuk orang-orang yang zalim.” (31).



Pada akhirnya, karena merasa tidak berdaya lagi mengingkari kebenaran kata-kata Ayahnda Nuh a.s. dan merasa kehabisan alasan dan hujjah untuk melanjutkan dialog dengan beliau, maka berkatalah mereka:

"Wahai Nabi Nuh! Kita telah banyak bermujadalah dan berdebat dan cukup berdialog serta mendengar dakwahmu yang sudah menjemukan itu. Kami tetap tidak akan mengikutimu dan tidak akan sesekali melepaskan kepercayaan dan adat-istiadat kami sehingga tidak ada gunanya lagi engkau mengulang-ulangi dakwah dan ajakanmu dan bertegang lidah dengan kami. Datangkanlah apa yang engkau benar-benar orang yang menepati janji dan kata-katanya (azab). Kami ingin melihat kebenaran kata-katamu dan ancamanmu dalam kenyataan. Karena kami masih tetap belum mempercayaimu dan tetap meragukan dakwahmu." (32) Nuh menjawab : “Hanyalah Allah yang akan mendatangkan azab itu kepadamu jika Dia menghendaki, dan kamu sekali-kali tidak dapat melepaskan diri.” (33) Dan tidaklah bermanfaat kepadamu nasihatku jika aku hendak memberi nasihat kepada kamu, sekiranya Allah hendak menyesatkan kamu, Dia adalah Tuhanmu, dan kepadaNya lah kamu dikembalikan.” (34) Malahan kaum Nuh itu berkata : “Dia Cuma membuat-buat nasihatnya saja.” Katakanlah : “Jika aku membuat-buat nasihat itu, maka hanya akulah yang memikul dosaku, dan aku berlepas diri dari dosa yang kamu perbuat”. (35)
Surah Hud ayat 32 dan 35.

Ayahnda Nuh a.s. Berputus Asa Dari Kaumnya


Ayahnda Nuh a.s. berada di tengah-tengah kaumnya selama sembilan ratus lima puluh (950) tahun berdakwah menyampaikan risalah Tuhan, mengajak mereka meninggalkan penyembahan berhala dan kembali menyembah dan beribadah kepada Allah Yang Maha Kuasa memimpin mereka keluar dari jalan yang sesat dan gelap ke jalan yang benar dan terang, mengajar mereka hukum-hukum syariat dan agama yang diwahyukan oleh Allah kepadanya, mengangkat darjat manusia yang tertindas dan lemah ke tingkat yang sesuai dengan fitrah dan qudratnya dan berusaha menghilangkan sifat-sifat sombong dan bongkak yang melekat pd para pembesar kaumnya dan mendidik agar mereka berkasih sayang, tolong-menolong diantara sesama manusia.

Akan tetapi dalam waktu yang cukup lama itu, Ayahnda Nuh a.s. tidak berhasil menyedarkan dan menarik kaumnya untuk mengikuti dan menerima dakwahnya beriman, bertauhid dan beribadat kepada Allah kecuali sekelompok kecil kaumnya yang tidak mencapai seramai seratus orang (± 83 orang), walaupun ia telah melakukan tugasnya dengan segala daya-usahanya dan sekuat tenaganya dengan penuh kesabaran dan kesulitan menghadapi penghinaan, ejekan dan cercaan makian kaumnya, karena ia mengharapkan akan dtg masanya di mana kaumnya akan sedar diri dan dtg mengakui kebenarannya dan kebenaran dakwahnya. Harapan Ayahnda Nuh a.s. akan kesedaran kaumnya ternyata makin hari makin berkurangan dan bahawa sinar iman dan takwa tidak akan menebus ke dalam hati mereka yang telah tertutup rapat oleh ajaran dan bisikan Iblis.


Hal mana Ayahnda Nuh a.s. berupa berfirman Allah dalam surah Hud ayat 36 yang bermaksud:

"Sesungguhnya tidak akan seorang drp kaumnya mengikutimu dan beriman kecuali mereka yang telah mengikutimu dan beriman lebih dahulu, maka jgnlah engkau bersedih hati karena apa yang mereka perbuatkan."

Dengan penegasan firman Allah itu, lenyaplah sisa harapan Nabi Nuh dari kaumnya dan habislah kesabarannya. Ia memohon kepada Allah agar menurunkan Azab-Nya di atas kaumnya yang berkepala batu seraya berseru:


"Ya Allah! Jgnlah Engkau biarkan seorang pun drp orang-orang kafir itu hidup dan tinggal di atas bumi ini. Mareka akan berusaha menyesatkan hamba-hamba-Mu, jika Engkau biarkan mereka tinggal dan mereka tidak akan melahirkan dan menurunkan selain anak-anak yang berbuat maksiat dan anak-anak yang kafir spt mereka."
Surah Nuh ayat 26 dan 27

Doa Nabi Nuh dikalbulkan oleh Allah dan permohonannya diluluskan dan tidak perlu lagi menghiraukan dan mempersoalkan kaumnya, karena mereka itu akan menerima hukuman Allah dengan mati tenggelam.

Bersambung… InsyaAllah.


Doa Awal tahun Hijrah 1433

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang; segala pujian hanya bagi Allah Penguasa sekalian alam.
Selawat dan salam ke atas junjungan Nabi dan Rasul iaitu Penghulu kami Nabi Muhammad s.a.w. kepada keluarganya dan para sahabat sekalian.

Ya Allah, Engkaulah yang kekal, qadim lagi azali dan di atas kelebihan Engkau yang besar; dan kemurahan Engkau yang melimpah; dan ini adalah tahun baru yang sesungguhnya telah mendatangi kami, kami memohon kepada Engkau pemeliharaan padanya daripada syaitan yang direjam, pembantu-pembantunya dan tentera-tenteranya dan kami memohon pertolongan dari nafsu yang banyak mendorong kepada kejahatan dan kami memohon kepada Engkau untuk melakukan sebarang pekerjaan yang boleh mendekatkan diri kami kepada Engkau. Ya Allah, Tuhan yang merubah segala keadaan, rubahlah keadaan kami kepada sebaik-baik keadaan dengan kekuasaan dan kurniaan Engkau, wahai Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang.

Wahai Tuhan kami, Kurniailah kepada kami kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat dan peliharalah kami dari azab api neraka. Dan cucurilah rahmat dan salam kepada penghulu kami Nabi Muhammad s.a.w. dan keluarganya dan para sahabat baginda sekalian. Segala pujian hanya bagi Allah Tuhan Pentadbir seluruh alam.

Rabu, 16 November 2011

Kisah Ayahnda Nuh a.s. sebagai Bapa Keimanan




“Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri), dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putera Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh (kesanggupan menyampaikan agama kepada umatnya masing-masing).”
Surah al-Ahzab ayat 7



Assalamu’alaikum…wrt, dalam artikel kali ini hamba akan memaparkan kisah ‘Bapa Keimanan’ yakni Nabi Nuh a.s. sebagai penyelamat kepada seluruh keturunan orang-orang beriman yang telah dipelihara dan dilindungi oleh Allah s.w.t dalam Bahtera Nuh.

Ayahnda Nuh a.s adalah Rasul ketiga setelah Ayahnda Adam a.s. dan Nabi Idris a.s. dan Nabi keempat sesudah Nabi Adam a.s, Nabi Syith a.s. dan Nabi Idris a.s. Ayahnda Nuh a.s adalah keturunan ke-9 dari Nabi Adam a.s. Ayahnya adalah Lamik bin Metusyalih bin Idris a.s.

Ibnu ‘Abbas r.a. meriwayatkan Nabi Nuh a.s. diutuskan Allah s.w.t kepada kaumnya setelah berlalu 1,000 tahun kewafatan Ayahnda Adam a.s. Diriwayatkan bahawa Nabi Nuh a.s. hidup selama 1,000 tahun yakni antara tahun ± 3900 SM – 2900 SM. Setelah Ayahnda Nuh a.s. mencapai umur 50 tahun baginda telah dilantik oleh Allah s.w.t. sebagai Rasul dan mula berdakwah menyeru kaumnya beriman kepada Allah s.w.t.


Dakwah Ayahnda Nuh a.s. Kepada Kaumnya.

Ayahnda Nuh a.s. menerima wahyu kenabian dari Allah dalam masa “fatrah” masa kekosongan di antara dua rasul di mana biasanya manusia secara beransur-ansur melupakan ajaran agama yang dibawa oleh nabi yang meninggalkan mereka dan kembali bersyirik meninggalkan amal kebajikan, melakukan kemungkaran dan kemaksiatan di bawah pimpinan Iblis.


Demikianlah maka kaum Nabi Nuh a.s. tidak luput dari proses tersebut, sehingga ketika Nabi Nuh a.s. diutus di tengah-tengah mereka, mereka sedang menyembah berhala ialah patung-patung yang dibuat oleh tangan-tangan mereka sendiri disembahnya sebagai tuhan-tuhan yang dapat membawa kebaikan dan manfaat serta menolak segala kesengsaraan dan kemalangan.berhala-berhala yang dipertuhankan dan menurut kepercayaan mereka mempunyai kekuatan dan kekuasaan ghaib ke atas manusia itu diberinya nama-nama yang silih berganti menurut kehendak dan selera kebodohan mereka.

Dalam Al-Quran surah Nuh ayat 23 dan 24 menyebutkan nama patung-patung yang disembah kaum Nabi Nuh a.s. sebagaimana dikatakan oleh pembesar-pembesar mereka sebagai berikut;


“Dan mereka berkata, “Janganlah sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwaa, yaghuts, ya’uq dan nasr”. Dan sesudahnya mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan janganlah engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kesesatan”.


Nabi Nuh a.s. berdakwah kepada kaumnya yang sudah jauh tersesat oleh iblis itu, mengajak mereka meninggalkan syirik dan penyembahan berhala dan kembali kepada tauhid menyembah Allah Tuhan sekalian alam melakukan ajaran-ajaran agama yang diwahyukan kepadanya serta meninggalkan kemungkaran dan kemaksiatan yang diajarkan oleh Syaitan dan Iblis.

Nabi Nuh a.s. telah mempergunakan waktu yang panjang (950 tahun) dalam berdakwah mengajak seluruh manusia menyembah Allah s.w.t, firman Allah s.w.t. dalam surah al-Ankabut ayat 14;


“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun…”


Nabi Nuh a.s. menarik perhatian kaumnya agar melihat alam semesta yang diciptakan oleh Allah berupa langit dengan matahari, bulan dan bintang-bintang yang menghiasinya, bumi dengan kekayaan yang ada di atas dan di bawahnya, berupa tumbuh-tumbuhan dan air yang mengalir yang memberi kenikmatan hidup kepada manusia, pengantian malam menjadi siang dan sebaliknya yang kesemua itu menjadi bukti dan tanda nyata akan adanya keesaan Tuhan yang harus disembah dan bukan berhala-berhala yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri. Di samping itu Nabi Nuh a.s. juga memberitakan kepada mereka bahwa akan ada gajaran yang akan diterima oleh manusia atas segala amalannya di dunia iaitu syurga bagi amalan kebajikan dan neraka bagi segala pelanggaran terhadap perintah agama yang berupa kemungkaran dan kemaksiatan.


Firman Allah s.w.t. dalam surah Hud ayat 25 dan 26.

“Dan sesungguhnaya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (dia berkata), “Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu, agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat menyedihkan”.

Nabi Nuh a.s. yang dikurniakan Allah dengan sifat-sifat yang patut dimiliki oleh seorang nabi, fasih dan tegas dalam kata-katanya, bijaksana dan sabar dalam tindak-tanduknya melaksanakan tugas risalahnya kepada kaumnya dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dengan cara yang lemah lembut mengetuk hati nurani mereka dan kadang kala dengan kata-kata yang tajam dan nada yang kasar bila menghadapi pembesar-pembesar kaumnya yang keras kepala, yang enggan menerima hujjah dan dalil-dalil yang dikemukakan kepada mereka, yang tidak dapat mereka membantahnya atau mematahkannya.


Nuh berkata, “Wahai kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan kepada kamu, (iaitu) sembahlah olehmu Allah, bertaqwalah kepadaNya dan taatlah kepadaku, niscaya Allah akan mengampuni sebahagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu, sampai kepada waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu mengetahui.”                       
(Surah Nuh ayat 2 hingga 4)


Akan tetapi walaupun Nabi Nuh a.s. telah berusaha sekuat tenaganya berdakwah kepada kaumnya dengan segala kebijaksanaan, kecekapan dan kesabaran dan dalam setiap kesempatan, siang mahupun malam dengan cara berbisik-bisik atau cara terang dan terbuka teryata hanya sedikit sekali dari kaumnya yang dapat menerima dakwahnya dan mengikuti ajakannya, yang menurut sesetengah riwayat tidak melebihi bilangan seratus orang. Mereka pun terdiri dari orang-orang yang miskin berkedudukan rendah dan lemah. Sedangkan orang yang kaya-raya, berkedudukan tingi dan terpandang dalam masyarakat, yang merupakan pembesar-pembesar dan penguasa-penguasa tetap membangkang, tidak mempercayai Nabi Nuh a.s. mengingkari dakwahnya dan sesekali tidak merelakan melepas agamanya dan kepercayaan mereka terhadap berhala-berhala mereka, bahkan mereka berusaha dengan mengadakan persekongkolan hendak melumpuhkan dan mengagalkan usaha dakwah Nabi Nuh a.s.

Wallahu’alam. Bersambung…


Kepanasan Mentari
Mencengkam ubun-ubunku,
Kilauan Mentari
Merembangkan mataku,
Keperitan di siang hari
Membuatku tak keruan,
Kumencari keteduhan
Diperpohonan beringin nan rendang,
Pohon rimbun memberi harapan
Tempat berteduh menumpang,
Menumpang kasih sama  ku pohon
Pohon maaf jika bersalahan,
Pinta ku padaNya mencari keampunan
Setelah diampun mencapai redhaNya.

Madah Anaknda BerTuah

Jumaat, 4 November 2011

Refleksi Kisah Qabil dan Habil sebagai pengajaran kepada Anak cucu cicit piut miut keturunan Ayahnda Adam a.s.



Assalamu’alaikum…wrt. Sempena Hari Raya Aidul Adha / Haji / Korban bagi tahun 1432 Hijrah ini, hamba persembahkan kisah Qabil dan Habil. Semoga kisah ini menjadi renungan dan tauladan buat kita semua. InsyaAllah.

Qabil dan Habil, keduanya adalah putera Ayahnda Adam a.s. Al-Quran mengisahkan keduanya agar menjadi i’tibar dan hikmah bagi orang-orang mukmin.

Qabil adalah seorang yang berakhlak buruk, selalu melakukan keburukan, dosa, tamak dan menentang kebenaran. Habil adalah saudaranya yang berakhlak baik, seorang yang soleh, taqwa dan selalu berbuat kebaikan. Di antara keduanya sering timbul perselisihan. Habil selalu mempertahankan kebenaran, sedang Qabil selalu menentangnya. Perselisihan antara keduanya sering terjadi hingga akhirnya sampai ke suatu titik kritis, yakni peristiwa pembunuhan yang dilakukan oleh Qabil terhadap adiknya, Habil.


Di antara sebab perselisihan mereka ada dua pendapat :

Pertama, Habil adalah seorang penternak yang mempunyai ternak kambing, sedang Qabil adalah seorang petani yang memiliki tanaman pertanian. Masing-masing melakukan korban dengan mengeluarkan harta yang dimiliki mereka masing-masing. Habil memilih seekor domba / kambing yang paling baik untuk dijadikan korban, sedangkan Qabil memilih gandum / padi yang terburuk dari hasil pertaniannya untuk berkorban. Kemudian keduanya menyerahkan harta korban masing-masing kepada Allah s.w.t. Korban masing-masing diletakkan di atas dua puncak gunung yang berlainan, satu di puncak gunung Thur dan satu dipuncak gunung Pher. Tiba-tiba turunlah api dari langit yang membakar korban Habil dan membiarkan korban Qabil. Setelah Qabil mengetahui Allah s.w.t. menerima korban saudaranya dan tidak menerima korbannya, timbullah rasa hasad dengki yang kemudiannya sampai membunuh adik kandungnya itu.

Kedua, dikisahkan bahawa Ayahnda Adam a.s. mempunyai anak yang masing-masing dilahirkan oleh Ibunda Hawa kembar dua, terdiri dari lelaki dan perempuan. Yang pertama, Qabil dengan saudari kembarnya Iqlima. Yang kedua, Habil dengan saudari kembarnya Lahuda. Setelah keempat-empatnya dewasa Ayahnda Adam a.s. ingin menjodohkan masing-masing anaknya secara bersilang. Qabil dengan saudari kembar Habil, dan Habil dengan saudari kembar Qabil. Kebetulan, saudari kembar Qabil adalah wanita cantik sehingga ketika Ayahnda Adam a.s. akan mengahwinkannya dengan Habil, Qabil menolak dan menentang ayahndanya dengan berkata, “Saya lebih berhak memperisterikan saudari kembarku, sedangkan Habil lebih berhak memperisteri saudari kembarnya. Bukankah hal ini (bersilang itu) tidak lain hanyalah pendapatmu belaka!” Padahal itu adalah perintah dan keputusan Allah s.w.t. namun diengkari oleh Qabil. Bagi membuktikan itu adalah perintah Allah s.w.t., ayahnda Adam a.s. memerintahkan kedua anaknya itu melakukan korban. Barang siapa yang korbannya diterima akan dikahwinkan dengan saudari kembar Qabil yang cantik itu. Ternyata, yang diterima Allah s.w.t. ialah korban Habil. Turunlah api dari langit menyambar dan menelan korban Habil, dan akhirnya timbul rasa hasad dengki terhadap adiknya, yang kemudian terjadi pembunuhan pertama keturunan Ayahnda Adam a.s.


Perkhabaran yang benar oleh Allah s.w.t. melalui surah al-Maidah ayat 27 hingga 30.


“Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia (Qabil) berkata, “Aku pasti membunuhmu”. Berkata Habil, “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa (27). (Takwa di sini dimaksudkan agar manusia benar-benar menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak mendapatkan redha Allah s.w.t., tidak menyekutukan Allah, serta menjauhkan perbuatan taat kepada yang tidak ditentukan oleh Allah s.w.t. Qabil telah melakukan korban seenaknya sendiri tanpa menghiraukan apakah korbannya akan diterima atau tidak. Kerananya, Allah s.w.t. tidak menerima korban Qabil). Sesungguhnya kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku untuk membunuhmu, aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam (28). Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim” (29). Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itulah dibunuhnya. Maka jadilah ia seorang di antara orang-orang yang rugi” (30).


Kita renungkan sejenak firman Allah s.w.t. pada ayat 27 yang tersebut diatas tadi.

“…maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia (Qabil) berkata, “Aku pasti membunuhmu”. Berkata Habil, “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa.”

Perkataan takwa yang diucapkan oleh Habil ketika berdialog dengan Qabil, sebenarnya sangat tepat untuk mengingatkan dirinya atau Qabil yang ingin melakukan kejahatan itu. Namun, Qabil bukanlah ‘ahli takwa’. Kerananya, Allah s.w.t. tidak menerima korbannya kerana tamak dan hasad dengki yang meliputi hatinya memuncak dan menimbulkan suatu keinginan keras untuk membunuh adiknya.

1372 H / 1953 M

Kemudian kita beralih kepada firman Allah s.w.t. yang mengisahkan ucapan saudara yang teraniaya (Habil) pada ayat 28.

“Sesungguhnya kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku untuk membunuhmu, aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam”.

Dari sini kita tahu kemuliaan peribadi Habil yang penuh kebaikan iaitu takwa dan yakin. Peribadi Habil untuk menolak membalas kejahatan yang akan dilakukan kepadanya, kerana pembunuhan benar-benar tidak selayaknya dengan sifat peribadinya. Dia benar-benar takut dan yakin kepada Allah Rabbul ‘alamin. Barang siapa takut dan yakin kepada Allah s.w.t. tidak akan berbuat zalim terhadap seseorang. Rasa takut kepada Allah s.w.t. merupakan benteng yang kuat untuk mencegah perbuatan salah dan dosa di dunia ini. Sifat yakin kepada Allah s.w.t. akan membuatkan seseorang itu tabah dan redha dengan takdir Allah s.w.t. Kerananya, jika para pendidik dan penegak kebenaran mengerti tentang fungsi takwa dan yakin ini, tentulah mereka akan mengarahkan setiap individu beriman kepada Allah s.w.t., keikhlasan beramal dan takut bermaksiat kepada Allah s.w.t., dan akan tercapailah masyarakat yang kukuh (cemerlang), penuh kedamaian (gemilang) dan kuat (terbilang).


Tetapi, Qabil yang telah dikuasai sifat tamak haloba, rapuh pertahanan dirinya terhadap godaan nafsu jahatnya.

“Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itulah dibunuhnya. Maka jadilah ia seorang di antara orang-orang yang rugi”.
(surah al-Maidah ayat 30)

Pertentangan sengit itu, pada hakikatnya tidak terjadi pada diri Qabil dan Habil. Tetapi pertentangan sengit yang sebenarnya terjadi antara Qabil dan hawa nafsunya, atau antara Qabil dengan kejahatan sifat tamaknya. Dalam keadaan yang demikian, mestilah Qabil harus bertahan mengekang keliaran nafsunya  untuk memerdekakan diri dari cengkaman nafsu jahat itu. Namun, Qabil itu lemah dalam menghadapi keliaran nafsunya, sehingga dia dapat dijerumuskan untuk membunuh saudaranya. Demikian itulah jenis hasad dengki dan tamak yang ganas.


Pengajaran dari Burung Gagak.


Setelah Qabil membunuh saudaranya ia membiarkan begitu saja mayat adiknya kerana tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Kemudian Allah s.w.t. mengutus dua ekor burung gagak, keduanya berkelahi hingga akhirnya terbunuhlah salah satu di antaranya. Gagak yang masih hidup kemudian menggali tanah dengan paruh dan kakinya. Setelah selesai, dilemparkannya gagak yang sudah mati itu ke dalam lubang tadi dan ditimbus dengan tanah. Ketika Qabil melihat gagak mengubur seekor gagak yang dibunuhnya, tersentuhlah hati Qabil. Dia tidak merasa lega hatinya kalau dirinya kalah dengan seekor gagak dalam masalah kebaikan. Maka dikuburkan saudaranya ke dalam tanah kemudian dia menyesali perbuatannya (ketika Qabil mengetahui bagaimana Allah s.w.t. memuliakan Habil, dia merasa sangat menyesal) seraya berkata, “Kenapa diriku ini hanya memiliki lebih sedikit penghormatan kepada yang lain di bandingkan dengan seekor gagak.”

Inilah maksud dari firman Allah s.w.t. dalam surah al-Maidah ayat 31.


“Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil, “Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?” Kerana itu jadilah dia diantara orang-orang yang menyesal.”

Wallahu ‘alam, Sekian wassalam.

Selamat Menyambut Hari Raya Aidul Adha, pada 10 Zulhijjah 1432 bersamaan 06 November 2011. Selamat melakukan Ibadat Korban dan Semoga mendapat Haji Mabruk kepada seluruh Jemaah Haji bagi tahun 1432 Hijrah.


PENGORBANAN

Hujan gerimis berbunyi guruh
Merak sakti jangan dipanah;
Patah sayap bertongkat paruh
Tidakkan tersungkur di atas tanah.

Sayang berangan tidak berbuah
Putiknya gugur jatuh di selat;
Bumi Malaysia bumi bertuah
Digengam dijajah tetap berdaulat.

Gemala sakti tautnya suasa
Milik pusaka raja Betawi;
Pemuda gagah harapan bangsa
Pemudi santun tonggak pertiwi.

Kuntum melati harum disemat
Hanyut kelopak ke Tasik Chini;
Tanah digenggam sumpah keramat
Darah terakhir tetap di bumi.

Titis embun di Inderaloka
Jatuh berkilau di sayap kenari;
Biar putih tulang selangka
Korban suci tetap diberi.

Cenderawasih penghias alam
Hinggap seekor memagut pulut;
Janji diikat kata disulam
Bukan sekadar manis di mulut.

LILY HASLINDA NASIR