Ayahnda

Ayahnda

Rabu, 18 Julai 2012

Keutamaan-keutamaan Ayahnda Ibrahim a.s.



Assalammu’alaikum…wrt, Alhamdulillah hari ini Selasa 17/07/2012M bersamaan 27/08/1433H, tiga hari lagi kita semua umat Islam akan menyambut bulan Ramadhan al-Mubarak. Di sini hamba mengucapkan kepada saudara/i sekalian dimana saja berada, Selamat menjalani ibadah Puasa Ramadhan dan Selamat berTerawih berjemaah beramai-ramai. Jadikan Ramadhan tahun ini lebih baik dari tahun lepas. InsyaAllah.

Perbandingan antara Taurat dan Al-Quran dalam menyajikan kisah Ayahnda Ibrahim a.s.


Orang yang membandingkan datangnya kisah Ayahnda Ibrahim a.s. dari Perjanjian Lama dan Al-Quran, akan melihat adanya perbezaan yang besar antara keduanya. Maka ketika kita melihat bahwa Perjanjian Lama sangat ingin untuk mengisahkan kehidupan Ayahnda Ibrahim a.s. dan apa-apa yang terjadi di dalam hidupnya berupa perpindahan tempat, peristiwa-peristiwa, dan janji Allah s.w.t. yang diberikan kepadanya dan keturunannya untuk menjadi pemimpin di muka bumi. Kita mendapati bahwa Kita Suci Al-Quran menyajikan kehidupan Ayahnda Ibrahim a.s. yang khusus dengan penyajian yang ringkas.

Akan tetapi di dalam menyajikannya, Al-Quran menonjolkan segi-segi lain yang lebih banyak manfaatnya. Maka ia membicarakan kedudukan Ayahnda Ibrahim a.s. di sisi Tuhannya dan di dalam jihadnya di jalan Allah s.w.t. Al-Quran menganalisa kepribadian serta akhlaknya yang tinggi dan pengorbanannya. Dan berbicara tentang misi Tauhid yang diserukan, serta argumentasi-argumentasi logis yang dikemukakan terhadap kebatilan penyembahan berhala-berhala. Sebagaimana Al-Quran berbicara tentang Takwa Ayahnda Ibrahim a.s., doanya kepada Tuhannya, ketebalan imannya dan keikhlasannya kepada Tuhan yang tidak kita dapati di dalam Perjanjian Lama.

Ini adalah keistimewaan Al-Quran di dalam berbicara tentang kehidupan Ayahnda Ibrahim a.s. yang membuatnya mempunyai kedudukan khusus yang tidak dicapai oleh kitab-kitab Samawi lainnya.

Kedudukan Ayahnda Ibrahim a.s.


Kepada saudara/i pembaca sekalian, hamba sajikan sebahagian sifat-sifat Ayahnda Ibrahim a.s. yang disebutkan di dalam Al-Quran dan yang di dalamnya Allah s.w.t. menggambarkan Ayahnda Ibrahim a.s. sebagai contoh teladan bagi petunjuk, ketaatan dan syukur. Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah lagi Hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan), lagi yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus. Dan Kami berikan kepadanya kebaikan di dunia. Dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang soleh.” Surah an-Nahl (16) ayat 120-122.

Allah s.w.t. menggambarkan Ayahnda Ibrahim a.s., bahwasanya dia adalah suatu umat; artinya bahwa dia sendiri adalah umat di antara umat-umat, kerana keadaannya yang memiliki segala keutamaan-keutamaan yang baik. Kalimat ini adalah tempat berkumpulnya perkataan-perkataan yang terus-menerus memuji Ayahnda Ibrahim a.s. Kerana setiap yang ada pada manusia dari hal-hal yang baik dan akhlak yang suci, telah dikumpulkan oleh Allah Ta’ala untuk nabi-Nya Ibrahim a.s. Dan oleh sebab itu, maka Ayahnda Ibrahim a.s. menjadi seorang imam yang ditauladani.


Dan Allah s.w.t. menggambarkan, bahwa dia adalah seorang yang hanif dan sekali-kali bukanlah termasuk orang yang mempersekutukan Tuhan, atau bahwa dia adalah seorang yang men-tauhidkan-Nya dan ikhlas beribadah kepada-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesiapa pun di antara makhluk-Nya. Dia juga orang yang khusyu’ dan taat kepada-Nya dan mengerjakan apa yang diperintahkan kepadanya. Sebagaimana dia juga orang yang bersyukur atas nikmat-nikmat Allah Ta’ala yang dilimpahkan kepadanya. Oleh kerana itu, ia berhak mendapat kedudukan seperti yang disebutkan dalam Al-Quran, “Allah telah memilihnya dan menunjukinya ke jalan yang lurus.”

Allah s.w.t. telah memilihnya untuk membawa risalah-Nya dan menunjukinya untuk menapaki jalan benar dan lurus yang menyampaikannya kepada redha Allah Ta’ala. Penggambaran itu sampai kepada Allah Ta’ala, firman-Nya; “Dan Kami berikan kepadanya kebaikan di dunia. Dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang soleh.” Atau bahwa Allah s.w.t. menjadikan baginya sebutan yang baik di dunia dan di akhirat ia termasuk orang soleh yang diberi nikmat dengan syurga dan keridhaan-Nya.


Di antara apa yang digambarkan Allah Ta’ala di dalam Al-Quran itu adalah, “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman, ‘Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia.’ Ibrahim berkata, ‘(Dan saya mohon juga) dari keturunanku.’ Allah berfirman, ‘Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim.” Surah Al-Baqarah ayat 124.

Allah s.w.t. telah memperlihatkan kepada kita bahwa Dia telah menguji Ayahnda Ibrahim a.s. dengan kewajiban-kewajiban Syari’at, perintah dan larangan. Maka Ayahnda Ibrahim a.s. menyempurnakan dan mengerjakannya dengan sebaik-baiknya. Kemudian Tuhannya berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikanmu seorang imam bagi manusia. Mereka mengikutimu dan menteladanimu.”  Ketika itu Ayahnda Ibrahim a.s. memohon agar menjadikan sebagian keturunannya juga imam-imam. Allah Ta’ala menjawab bahwa imamah (kepimpinan) ini tidak akan mengenai orang-orang yang zalim.


Dalam firman ini terdapat suatu isyarat bahwa di antara keturunannya ada orang-orang yang baik dan ada pula orang-orang yang durhaka. Kemudian perhatikanlah, bagaimana Allah Ta’ala memberitahukan kepada Ayahnda Ibrahim a.s. bahwa kepemimpinan itu tidak akan mengenai orang-orang yang zalim, kerana mereka bukanlah orang yang berhak untuk diteladani. Dan bagaimana pula Allah Ta’ala menghendaki untuk menjauhkan seluruh manusia dari orang-orang yang zalim dan meniadakan kepemimpinan mereka atas urusan-urusan manusia. Menurut pandangan Al-Quran, kezaliman itu adalah melampaui batas-batas Allah Ta’ala dan tidak mengikuti ajaran-ajaran-Nya.

Allah s.w.t. berfirman, “Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.” Surah Al-Maidah ayat 45.

Dan Allah s.w.t. berfirman tentang Ayahnya Ibrahim a.s.. “Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al-Kitab (Al-Quran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang nabi.” Surah Maryam ayat 41.

Maknanya; Ceritakanlah hai Muhammad s.a.w. kepada kaummu kisah Ibrahim a.s., mudah-mudahan mereka dapat mengambil pelajaran daripadanya. Ini adalah Nabi yang digambarkan dengan As-Siddiq, yaitu kesungguhan dan kedalaman di dalam kebenaran. Ayahnda Ibrahim a.s. telah berhak menyandang gelarankan ini, kerana kelebihannya di dalam kebenarannya. Dan perhatikanlah, bagaimana Allah Ta’ala menggambarkan kebenarannya itu sebelum menggambarkannya dengan kenabian, untuk memperlihatkan kepada kita nilai dari kebenaran itu dan bahwasanya ia adalah salah satu di antara sendi-sendi daripada kenabian.


Allah s.w.t. melukiskan Ayahnda Ibrahim a.s. di dalam Al-Quran dengan firman-Nya, “Dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji.” Surah An-Najm ayat 37.

Yaitu menyempurnakan segala apa yang diperintahkan Tuhan kepadanya dari sifat-sifat iman dan cabang-cabangnya. Dan dia tidak pernah mengesampingkan hal yang patut disyukurinya, kerana disibukkan oleh suatu urusan yang mulia. Dia tidak pula meremehkan perkara yang kecil, kerana urusan yang besar.

Dan Allah s.w.t. menceritakan kedudukan Ayahnda Ibrahim a.s. dengan firman-Nya, “Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.” Surah Al-Insan ayat 125.

Suatu pendapat mengatakan, bahwa makna Al-Khalil dalam ayat tersebut di atas adalah orang yang dicintai di mana tidak ada cacat dalam kecintaan-Nya itu. Pendapat lain mengatakan bahwa Al-Khullah mengandungi kesempurnaan dan kedalaman cinta. Allah Ta’ala mencintai orang-orang yang suci di antara hamba-hambaNya. Dan Ayahnda Ibrahim a.s. adalah orang yang sempurna kecintaannya kepada Allah s.w.t. Oleh sebab itu, ia memusuhi bapaknya dan kaumnya di jalan Allah Ta’ala. Dan oleh kerana itu, Allah s.w.t. mencintainya dan mengambilnya menjadi kesayangan-Nya.


Ayahnda Ibrahim a.s. orang yang muslim dan hanif.

Menurut pemahaman kebanyakan orang, bahwa Islam adalah sebuah nama yang telah diberikan Nabi Muhammad s.a.w. untuk agamanya, dan bahwa Baginda s.a.w. adalah orang yang pertama menemukan nama ini. Tidak ragu-ragu lagi bahwa hal ini adalah salah. Kerana pada hakikatnya, sebagaimana yang dimaklumkan oleh Al-Quran, bahwa para Nabi Allah seluruhnya adalah orang muslim.

Dan sebagai pelopornya adalah Ayahnda Ibrahim a.s. yang telah meridhai nama ini untuk agamanya, lalu memberikan nama itu kepada para pengikutnya dan mewasiatkannya kepada keturunan-keturunannya. Maka Al-Quran berbicara kepada orang-orang Arab yang beriman kepada risalah Nabi Muhammad s.a.w. dan memeluk Islam, “Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu.” Surah Al-Haj ayat 78.

Dan Nabi Muhammad s.a.w. diperintahkan untuk mengikuti agama Ibrahim a.s. yang berdasarkan ibadah kepada Allah Ta’ala semata-mata. Allah s.w.t. berfirman kepada Rasul-Nya Muhammad s.a.w.. “Kemudian kami wahyukan kepadamu (Muhammad s.a.w.), ‘Ikutilah agama Ibrahim, seorang yang hanif’. Dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.” Surah Al-Nahl ayat 123.


Arti Islam : Apa sebenarnya Islam itu? Apa hakikat maknanya dengan mengambil pemahaman dari seluruh Nabi-nabi Allah? Ibnu Taimiyah di dalam mendifinasikannya, mengatakan, “Islam itu ialah, apabila seseorang menyerahkan dirinya kepada Allah Ta’ala dan bukan kepada yang lainnya. Kemudian ia beribadah kepada Allah Ta’ala dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, bertawakkal kepada-Nya semata-mata, berharap dan takut kepada-Nya semata-mata, dan mencintai Allah Ta’ala dengan kecintaan yang sempurna, tidak mencintai makhluk apapun seperti cintanya terhadap Allah Ta’ala. Bahkan ia mencintai, membenci, memerintah dan memusuhi kerana Allah Ta’ala. Maka barangsiapa yang enggan beribadah kepada Allah Ta’ala, bukanlah ia seorang yang muslim. Dan barangsiapa yang menyembah selain Allah Ta’ala bersama-Nya, bukanlah pula ia seorang 
muslim.”

Inilah dia Islam, dan inilah pula artinya. Dan tidak heran lagi bahwa Allah s.w.t. akan memuji orang-orang yang mengambil arti ini, berkemas dengan arti ini dan mengikuti ayahnda mereka Ibrahim a.s.

“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan diri kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus?” Surah Al-Insan ayat 125.

Hadiahkan Al-Fatihah untuk arwah Pak Ngah Kasim

Orang yang menyerahkan diri kepada Allah Ta’ala adalah orang yang ikhlas beribadah kepada-Nya dan bekerja untuk mencari keridhaan-Nya. Sedang orang yang mengerjakan kebaikan adalah orang yang memperbaiki pekerjaannya, maka ia berbuat kebaikan-kebaikan. Dan kebaikan-kebaikan itu adalah amal soleh.

Dengan demikian, maka Islam adalah suatu janji, di mana manusia meletakkan jiwa, diri, hati, perasaan, perkataan, kesenangan-kesenangan, kemarahan dan keridhaannya pada pertimbangan-pertimbangan Allah Ta’ala.

Ayanda Ibrahim a.s. berkata kepada kaumnya, “Dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja.” Surah Al-Mumtahanah ayat 4.


Dan ia berkata pula, “Sesungguhnya aku menghadapkan diri kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang yang mempersekutukan Tuhan.” Surah Al-An’am ayat 79.

Demikianlah ke-Islam-an Ayahnda Ibrahim a.s. Oleh sebab ke-Islam-annya itulah, maka Allah s.w.t. memilihnya. Allah Ta’ala berfirman, “Dan sesungguhnya Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang soleh. Ketika Tuhannya berfirman kepadanya, ‘Tunduk patuhlah!’ Ibrahim menjawab, ‘Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam.” Surah Al-Baqarah ayat 130-131.

Wallahu’alam. Bersambung insyaAllah.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan