Ayahnda

Ayahnda

Selasa, 12 Mac 2013

Pasrah kepada Allah : Kisah Ayahnda Ayyub a.s.


Assalammu'alaikum...wrt, malam ini Isnin 11/03/2013M bersamaan malam 29 Rabiul'Akhir 1434H juga bersamaan 21 Hut 10,001 tahun PuSaka, hamba nukilkan kisah tentang kecekalan dan kepasrahan Ayahnda Ayyub a.s. dalam menghadapi cobaan dan ujian daripada Allah Ta'ala dalam kehidupan dunia yang sementara ini. Semoga dengan kisah ini akan menjadi pengajaran dan tauladan buat diri kita sebagai hamba Allah Ta'ala yang sentiasa diuji dan dicoba akan keimanan kita kepada-Nya.

Cobaan kepada Ayahnda Ayyub a.s.

Ayahnda Ayyub a.s. adalah seorang Nabi yang disebutkan di dalam Al-Quran. Firman Allah Ta'ala yang ditujukan kepada Nabi Muhammad s.a.w. menyebutkan, "Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman, dan Kami berikan Zabur kepda Daud." 
Surah An-Nisa' ayat 163.

Ayahnda Ayyub a.s. adalah keturunan Ibrahim a.s., ibunya anak Nabi Luth a.s. Menurut riwayat, isterinya bernama Lia binti Ya'qub a.s. Riwayat lain mengatakan Rahmah binti Afraim. Dan riwayat lain lagi mengatakan Mansya binti Yusuf a.s. bin Ya'qub a.s. Ibnu Jarir Ath-Thabary menyebutkan bahwa Nabi Ayyub a.s. meninggal dunia ketika berusia 93 tahun. Riwayat lain menyebutkan bahwa Nabi Ayyub a.s. hidup lebih lama. Ibnu Abbas r.a. mengatakan, dinamakan Ayyub kerana dia selalu pasrah kepada Allah Ta'ala dalam seluruh keadaan.


Ayahnda Ayyub a.s. adalah seorang yang benar-benar bertakwa, penyayang terhadap orang-orang miskin, memelihara janda-janda dan anak-anak yatim serta memuliakan orang-orang lemah. Dia berdakwah terhadap kaumnya, mengajak untuk beribadah hanya kepada Allah semata-mata.

Ulama Tarikh dan Tafsir meriwayatkan bahwa Ayahnda Ayyub a.s. adalah seorang kaya yang memiliki berbagai kekayaan, binatang ternak, hamba sahaya, barang-barang perhiasan, tanah yang luas di kampung Al-Batsinah, daerah Hauran, di samping mempunyai anak dan keluarga besar. Suatu masa, semua itu menjadi hilang, disamping adanya cobaan beberapa macam penyakit pada tubuhnya. Sehingga tidak ada sebagian tubuhnya pun kecuali hati dan lisannya yang ia pergunakan untuk zikir kepada Allah Ta'ala.

Segala cobaan itu Ayahnda Ayyub a.s. hadapi dengan penuh kesabaran dan kepasrahan siang, malam, pagi dan petang selalu diisi dengan zikir kepada Allah Ta'ala. Cobaan yang demikian itu berlangsung lama sehingga orang lain tidak mahu duduk bersamanya. Orang-orang dekat pun (kerabat) menjadi jijik, kemudian Ayahnda Ayyub a.s. diusir dari tempat tinggalnya dan diasingkan di luar perkampungan.


Putuslah hubungan dengan orang lain, tak seorang pun menaruh belas kasihan terhadap dirinya kecuali isterinya. Sang isteri selalu menyediakan keperluannya kerana dia sadar kebaikan dan kasih sayang Ayyub a.s. kepadanya. Dia  berusaha mengimbanginya dengan penuh kesadaran  akan keadaan suaminya itu dan bersedia mencukupkan keperluan dan kepentingannya. Lama-kelamaan keadaan isterinya menjadi lemah. Hartanya semakin berkurang, sehingga akhirnya si isteri terpaksa menjadi buruh upahan orang lain untuk menanggung keperluan suaminya. Namun dia tetap sabar bersama suaminya menghadapi cobaan habisnya harta kekayaan dan kematian anak-anaknya.  Lebih-lebih lagi menghadapi musibah suaminya berupa kesempitan ruang gerak dalam menanamkan kekuasaan dan pengabdian terhadap umat manusia, padahal sebelumnya dia hidup penuh kebahagiaan dan kenikmatan.

Dalam menghadapi cobaan yang demikian itu Ayahnda Ayyub a.s. bersikap sabar, pasrah, memuji dan bersyukur. Sehingga Ayahnda Ayyub a.s. menjadi teladan kesabaran yang harus diikuti, dan diteladani bagi orang yang tertimpa berbagai macam musibah. (Ibnu Katsir, Al-Bidayah wan Nihayah, Juz 1)

Para ulama berbeza pendapat dalam menentukan lamanya waktu Ayahnda Ayyub a.s. mendapat cobaan itu. Ada yang berpendapat selama tiga tahun, tujuh tahun, beberapa bulan dan ada juga yang berpendapat selama delapan belas tahun.


Kisah Ayahnda Ayyub a.s. dalam Al-Quran

Al-Quran menerangkan bahwa Nabi Ayyub a.s. dicoba dengan penyakit pada tubuhnya dahn dia memohon kepada Allah Ta'ala. Permohonannya dikabulkan dengan sembuhnya penyakit, dan dikembalikan pada keluarganya.

"Dan (ingatlah) kisah Ayyub, ketika ia menyeru Tuhannya, (Ya, Tuhanku), 'Sesungguhnya akun telah ditimpa penyakit (Penyakit yang terdapat di dalam jiwa, kelemahan dan lain-lain) dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.' Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipatgandakan bilangan mereka sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah." 
Surah Al-Anbia' ayat 83 dan 84.

"Dan ingatlah akan hamba kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhannya, sesungguhnya aku diganggu syaitan dengan kepayahan dan siksaan. (Allah berfirman), 'Hentakkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum. Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami  dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai fikiran. Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput) maka pukullah dengan itu (isterimu) dan janganlah kamu melanggar sumpah.' Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dia sebaik-baik hamba, sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya)."

Surah Shod ayat 41 hingga 44.

Ayahnda Ayyub a.s. banyak mengembalikan persoalan kepada Allah Ta'ala. Allah Ta'ala memujinya dengan firman ni'ma 'l-'abdi kerana ia bersifat pasrah kepada Allah Ta'ala.


Yang dimaksudkan dengan gangguan syaitan kepadanya dengan kepayahan dan siksaan ialah, syaitan selalu mengganggu selama ia menderita sakit dan mengganggu kesabarannya dalam menghadapi musibah yang menimpanya. Maka Ayahnda Ayyub a.s. pasrah kepada Allah Ta'ala hingga mampu mencegah godaan syaitan itu dengan menyembuhkan penyakit atau dengan taufik-Nya dan Ayahnda Ayyub a.s. menyerahkan kepada Allah Ta'ala dengan penuh kesabaran.

Tentang bagaimana cara menyembuhkannya, firman Allah Ta'ala menjelaskan, "Hentakkan kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum." Maksudnya hentakkan kakimu pada tanah, Ayahnda Ayyub a.s. menuruti perintah Tuhannya itu. Ketika itu Allah Ta'ala menjadikannya sumbur yang memancarkan air dingin, kemudian memerintahkan mandi di dalamnya serta minum air dari sumber itu. Dengan lantaran itu, Allah Ta'ala menyembuhkan penyakit yang dideritai Ayahnda Ayyub a.s., baik penyakit lahir atau batin.

Al-Maragy dalam tafsirnya menjelaskan, "Ayat ini menunjukkan makna, bahwa penyakit yang dideritai Ayahnda Ayyub a.s. adalah penyakit kulit yang tidak menular. Sejenis penyakit gatal atau sejenisnya yang membuatkan payah dan menderita, tetapi tidak menyebabkan kematian. Pengertian air di sini menunjukkan mata air yang mengandungi unsur perubatan, sehingga dapat menjadi sebab penyembuhan penyakit itu. Air itu memberi faedah bagi pengubatan lahiriah, dan dapat memberi faedah penyembuhan dengan cara diminum. Sebagaimana kita ketahui tentang mata air-mata air yang dijadiukan kolam-kolam di Eropah, Mesir dan lain-lainnya, dipergunakan untuk penyembuhan penyakit-penyakit kulit dan batiniah."


Perlaksanaan sumpah Ayahnda Ayyub a.s. dilaksanakan ketika menderita sakit untuk mencambuk isterinya seratus kali setelah sembuh, lantaran sang isteri pergi untuk suatu keperluan, tetapi datang terlambat kepada suaminya. Allah Ta'ala memerintahkan perlaksanaan sumpah Ayahnda Ayyub a.s. itu dengan seringan-ringannya dengan mengambil seikat rumput (sejenis rumput yang berbau harum atau sejenisnya) untuk memukul isterinya dengan sekali pukulan sahaja. Pukulan satu kali itu sudah dapat dianggap sama dengan seratus kali cambukan (rotan). Dengan demikian bebaslah Ayahnda Ayyub a.s. dari sumpahnya. Inilah kaedah jalan keluar orang yang bertaqwa dan taat kepada Allah s.w.t. Apalagi sumpah itu melanda hak isterinya yang sabar, jujur dan baik hati. Inilah yang diinsyaratkan Allah Ta'ala dengan firman-Nya, "Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu (isterimu) dan janganlah kamu melanggar sumpah."

Wallahu'alam.

Setiap umat Islam perlu/mesti berwaspada... 

Buatlah persediaan untuk kuatkan roh, jiwa dan raga (rohani, mental dan jasmani)

Tiga perkara perlu dilakukan oleh setiap ummat Islam untuk menguatkan rohani, jiwa dan jasmani : 
1. Buatlah segala sesuatu semata-mata kerana Allah ta'ala, 
2. Jangan menipu, 
3. Kawal kemarahan. 
Dalam usaha menghadapi huru hara dan fitnah akhir zaman, latih diri dan buat persediaan mulai sekarang... Semoga ada limpahan rahmat Allah ta'ala kepada kita semua...



CEBIS DOA SITI ZULAIKA

Tuhanku…
Seandainya telah kau catatkan dia milikku
Tercipta untuk diriku
Dekatkanlah dia padaku
Satukan hatinya dengan hatiku
Tiupkanlah kemesraan antara kami
Agar kebahagian itu kekal abadi
Dan tuhanku yang maha pengasih
Seiringkanlah kami dalam melayari hidup ini
Ketepian yang sejahtera.

Tetapi tuhanku…
Seandainya kau takdirkan dia bukan milikku
Bawalah dia jauh dari pandanganku
Luput dari ingatanku
Dan peliharalah diriku dari rasa kecewa.

Ya tuhanku yang maha mengerti…
Berikanlah aku kekuatan melontar bayangan ke dada langit
Hilang bersama senja merah
Dan gelap pekat awan
Agar aku rasa bahagia
Walaupun tanpa dirinya

Dan tuhanku yang tercinta…
Gantikanlah yang telah  pergi
Tumbuhkan kembali yang telah hilang
Meskipun tiada serupa dengan dirinya

Jika benar cinta itu sejati
Maka bebaskanlah ia
Jika benar cinta itu suci
Ia akan datang dengan sendirinya
Tetapi jika ia pergi dan tidak berkunjung lagi
Maka anggaplah cinta ini
Memang tidak wujud dari awal lagi.



Tauladan dari kisah Ayahnda Ayyub a.s.

1. Sabar Terhadap Cobaan Penyakit.

Dalam kisah Ayahnda Ayyub a.s. dan penyakit yang menimpa dirinya, sehingga ia berdoa kepada Allah Ta'ala agar disembuhkan dari penyakit itu, kemudian Allah Ta'ala menerima permohonannya dan menyembuhkan penyakitnya, serta nikmat Allah Ta'ala yang dilimpahkan berlipat ganda sesudah ia bersikap sabar. Semuanya itu mengandungi pengajaran bagi orang-orang Mukmin, bahwa Ayahnda Ayyub adalah teladan bagi mereka ketika mereka ditimpa cobaan berupa penyakit.

Para Nabi a.s. pun tidak terhindar dari cobaan, bahkan mereka adalah orang yang paling banyak mendapat cobaan. Rasulullah s.a.w. bersabda, "Orang yang paling berat cobaannya adalah para Nabi kemudian orang-orang soleh dan seterusnya. Seseorang akan dicoba sesuai dengan ketaatan beragamanya, jika teguh agamanya maka akan ditambah pula cobaannya."

Jelaslah bagi kita bahwa cobaan tidak menunjukkan suatu penderitaan, kerana kesenangan dan penderitaan itu bukan merupakan akibat dari kebaikan dan keburukan amal perbuatan. Alasannya ialah, bahwa dunia bukan tempat pembalasan, tetapi tempat ujian dan ladang untuk akhirat. Dan buah kesabaran adalah pahala dan berlipatnya kebaikan. Ayahnda Ayyub a.s. ketika diuji dengan penuhnya rizki dan anak-anaknya, serta penyakit yang menimpa tunuhnya, ia bersabar dan bersyukur. Maka Allah Ta'ala menyayanyi dan menyembuhkan penyakit serta memberi ganti berlipat ganda bagi sesuatu yang hilang baik berupa anak maupun rizki.

Oleh sebab itu, Allah Ta'ala berfirman pada akhir kisah Ayahnda Ayyub a.s., "... dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah." Maksudnya, sebagai peringatan bagi penyembah-penyembah Allah Ta'ala untuk bersabar terhadap cobaan seperti kesabaran Nabi Ayyub a.s. sampai mereka mendapat kemurahan kasih sayang Allah Ta'ala sebagaimana yang diberikan Allah Ta'ala kepada Ayahnda Ayyub a.s. di dunia dan di akhirat. Kerananya, jika diingat cobaan dan kesabaran Ayahnda Ayyub a.s. yang paling hebat pada zamannya itu, mereka akan membiasakan kesabaran dalam menghadapi gelombang hidup di dunia.

Demikianlah, kesabaran merupakan senjata para Nabi dan orang-orang bertaqwa dan penegak kebenaran. Tidak seorang Nabi pun atau pemimpin dan penegak kebenaran yang berhasil tanpa kesabaran tersebut. Layak untuk diingat dan diperhatikan bahwa Al-Quran telah menganjurkan kesabaran, memuji kesabaran, memgangkat kedudukan dan memuji orang-orang penyabar. Di dalam Al-Quran disebut sampai 70 kali, dan merupakan penyebutan Al-Quran terbanyak mengenai keutamaan sifat SABAR.

Rasulullah s.a.w. berwasiat tentang kesabaran dengan sabdanya, "Kesabaran itu setengah dari iman" selanjutnya "Barangsiapa bersabar maka Allah memberikan sifat kesabaran padanya, tak seorangpun diberi suatu pemberian yang baik dari kesabaran."

Peribahasa Arab yang telah popular mengatakan, "Kesabaran itu kenderaan pertolongan."


2. Pasrah kepada Allah Ta'ala.

Dalam kisah Ayahnda Ayyub a.s., ajaran kepasrahan adalah doa dan kepatuhan, sebagaimana kepasrahan Ayahnda Ayyub a.s. kepada Tuhannya. Ia menyebut asma Allah Al-Husna, sifat-sifat Allah yang mulia sehingga dapat menghilangkan musibah.


3. Berobat (berikhtiar)

Kisah ayahnda Ayyub a.s. juga mengandungi ajaran wajib berobat, kerana Allah Ta'ala memerintahkan minum dan mandi dengan air yang memancar dari bawah kakinya. Dan itu merupakan upaya (ikhtiar) penyembuhan, sehingga tidak semata-mata hanya doa tanpa adanya ikhtiar.


4. Kasih Sayang Terhadap Isteri.

Terakhir kisah Ayahnda Ayyub a.s. mengandungi ajaran berupa kewajiban menggauli isteri secara baik. Ayahnda Ayyub a.s. adalahorang yang berbuat baik terhadap isterinya ketika ia sedang kaya dan sihat. Isterinya pun menyantuninya ketika ia menderita, walaupun ia pernah berbuat kesalahan yang mengakibatkan Ayahnda Ayyub a.s. mengucapkan sumpah untuk memukulnya sesudah sembuh penyakitnya. Tetapi Allah Ta'ala memerintahkan agar tidak melaksanakan sesuatu dengan sumpahnya hanya untuk menghormati hak isteri kepada suaminya. Kemudian Allah Ta'ala memberi keringanan dan kemudahan dalam melaksanakan sumpahnya sehingga ia terhindar dari pelaksanaan sumpah suami sebagaimana mestinya.

Sekian wassalam.

Derang, Kedah Darul Aman, Malaysia.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan