Ayahnda

Ayahnda

Selasa, 3 Januari 2012

Permulaan datangnya Banjir Besar Zaman Ayahnda Nuh a.s.



Firman Allah s.w.t. dalam surah al-An’am ayat 65;


“Katakanlah : Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan seksaan kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu (azab yang datang dari atas seperti hujan batu, sambaran petir dan lain-lain. Yang datang dari bawah seperti gempa bumi, banjir dan sebagainya) atau Dia mencampurkan dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahaminya.”

Ubai bin Ka’ab r.a. ketika menafsirkan ayat di atas berkata, “Ada empat peristiwa yang pasti akan terjadi. Dua di antaranya terjadi 25 tahun sesudah kewafatan Rasulullah s.a.w. Mereka berpuak-puak dengan mengikut hawa nafsu mereka dan sebahagian puak berselisih dengan puak yang lain, sedangkan dua peristiwa lagi yang pasti akan terjadi adalah tanah longsor dan gempa bumi.”


Umat-umat dan kaum-kaum yang sebelumnya, banyak yang telah dibinasakan oleh Allah dengan kelaparan, tenggelam, angina taufan dan sebagainya sehingga mereka musnah dari permukaan bumi ini, sedangkan bagi umat Rasulullah ini, Allah s.w.t. menjamin tidak akan dibinasakan dengan kelaparan dan tenggelam. Jika ada musibah kelaparan, banjir, angina taufan dan gempa bumi tetapi hal itu tidak membinasakan umat ini sekali gus.

Doa untuk Para Pembohong

Setelah Ayahnda Nuh a.s. mengerahkan segala kemampuannya dalam memberi dakwah dan petunjuk kepada kaumnya, ternyata usahanya mengalami jalan buntu. Baginda bersimpuh mengadukan hal kaumnya kepada Allah s.w.t.,


“Nuh berkata, ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah mendustakan aku, kerana itu adakanlah keputusan antaraku dan antara mereka, dan selamatkanlah aku dan orang-orang yang Mukmin besertaku.”
(Surah asy-Syu’araa’ ayat 117 dan 118)

Selanjutnya, Ayahnda Nuh a.s. memohon agar kaumnya dihancurkan, 


“Nuh berkata, ‘Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir.”
(Surah Nuh ayat 26 dan 27)

Ayahnda Nuh a.s. berdoa kepada Allah s.w.t. agar melenyapkan semua orang kafir dari permukaan bumi ini, tak seorang pun yang perlu ditinggalkan. Kerana, jika dibiarkan orang-orang kafir berlarut-larut berbuat kesesatan, akan menyesatkan orang lain dari kebenaran, akan menyebarluaskan perbuatan dosa, bahkan akan mewariskan kesesatan itu kepada generasi penerusnya. Sebab bagaimanapun juga mereka itu akan hidup di lingkungan orang yang bercuat dosa dan kekufuran.


Membina Kapal (Safinatu an-Najah)

Allah s.w.t. mengabulkan doa Ayahnda Nuh a.s. Sebelum menghancurkan kaum yang tidah beriman, Allah s.w.t. menghendaki agar Ayahnda Nuh a.s. dengan risalahnya berupaya membuat sarana keselamatan bagi orang-orang Mukmin, dengan memberinya wahyu. Tetapi tak seorang pun mempercayai adanya wahyu itu kecuali orang-orang Mukmin, Allah s.w.t. memerintahkan agar Ayahnda Nuh a.s. tidak bersedih hati atas tuduhan bohong dan penghinaan orang-orang kafir kerana Allah s.w.t. akan menenggelamkan mereka semua. Allah s.w.t. memerintahkan membuat kapal(perahu) keselamatan (safinatu an-najah), dan diberitahu bahwa dalam pembuatan kapal(perahu) itu akan sentiasa mendapat inayah dan perlindungan Allah s.w.t. Allah melarang agar jangan merasa belas kasihan untuk menyelamatkan orang-orang kafir dengan kapal(perahu) itu, kerana mereka itu akan diberi hukuman dengan ditenggelamkan.

Dalam merakit kapal itu, Ayahnda Nuh a.s. tidak hanya sekadar berdoa kepada Allah s.w.t. Tetapi memanggil tukang-tukang kayu untuk mengerjakannya. Mereka dengan rajin dan tekun bekerja siang dan malam menyelesaikan pembinaan kapal yang diperintahkan itu.


Hal itu mengundang ejekan orang-orang kafir dan kesombongan mereka terhadap Ayahnda Nuh a.s. Mereka mengejek dan mengolok-olok dengan mengatakan: "Wahai Nuh! Sejak bila engkau telah menjadi tukang kayu dan pembuat kapal? Bukankah engkau seorang nabi dan rasul menurut pengakuanmu, kenapa sekarang menjadi seorang tukang kayu dan pembuat kapal. Dan kapal yang engkau buat itu di tempat yang jauh dari air ini adalah maksudmu untuk ditarik oleh kerbau ataukah mengharapkan angin yang akan menolak kapalmu ke laut? "Dan lain-lain kata ejekan yang diterima oleh Ayahnda Nuh a.s.

Ayahnda Nuh a.s. dengan sikap dingin dan tersenyum seraya menjawab: "Baiklah tunggu saja saatnya nanti, jika kamu sekarang mengejek dan mengolok-olok kami maka akan tibalah masanya kelak bagi kami untuk mengejek kamu dan akan kamu ketahui kelak untuk apa kapal yang kami siapkan ini. Tunggulah saatnya azab dan hukuman Allah menimpa atas diri kamu. Kerana aku telah mengetahui siapa yang akan ditimpa azab dan kehancuran, dan kamu juga akan mengetahuinya nanti siapa yang akan dijerumuskan ke dalam siksa dunia. Kemudian, kelak di akhirat akan mendapat siksa yang abadi."

Firman Allah s.w.t. dalam surah Huud ayat  36 hingga 39.

“Dan diwahyukan kepada Nuh, ‘Bahwasanya sekali-kali tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang yang telah beriman (sahaja), kerana itu janganlah kamu bersedih hati tentang apa yang selalu mereka kerjakan (36). Dan buatlah bahtera (kapal) itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim itu; sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan (37). Dan mulailah Nuh membuat bahtera (kapal). Dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan meliwati Nuh, mereka mengejeknya. Berkatalah Nuh : ‘Jika kamu mengejek kami, maka sesungguhnya kami (pun) mengejekmu sebagaimana kamu sekalian mengejek (kami) (38). Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakannya dan yang akan ditimpa azab yang kekal (39).”


Permulaan Datangnya Banjir

Setelah Ayahnda Nuh a.s. selesai membina kapal, tampaklah tanda-tanda akan datangnya azab, yakni memancarnya air dari tanah. Allah s.w.t. memerintahkan Ayahnda Nuh a.s. mengumpulkan semua jenis tumbuh-tumbuhan dan haiwan-haiwan, masing-masing satu pasang (jantan dan betina) untuk dibawa serta ke dalam kapal pada saat banjir besar tiba yang akan memusnahkan seluruh kehidupan, sehingga dapat dijadikan bibit-bibit kehidupan sesudah banjir nanti. Demikian pula Allah s.w.t. memerintahkan agar Ayahnda Nuh a.s. membawa serta seluruh keluarganya dan orang-orang mukmin, kecuali seorang anak dan isterinya yang kafir.

Ayahnda Nuh a.s. segera menyiapkan kapalnya dan memerintahkan seluruh orang-orang mukmin, “Naiklah dengan mendahulukan kaki kanan serta berzikir kepada Allah sampai kalian turun nanti. Kerana kapal(perahu) itu sama sekali bukan sebagai sebab keselamatan kalian, akan tetapi hadapkanlah hati kalian kepada Allah kerana hakikatnya Dia-lah yang menjalankan dan memberhentikan kapal(perahu) ini, sebagaimana kalian menyebut (zikir) asma Allah, kerana Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang terhadap hamba yang beriman sehingga kalian diselamatkan dari kebinasaan.” 


Kemudian tercurahlah dari langit dan memancur dari bumi air yang deras dan dahsyat yang dalam sekelip mata telah menjadi banjir besar melanda seluruh kota dan desa menggenangi daratan yang rendah mahupun yang tinggi sampai mencapai puncak bukit-bukit sehingga tiada tempat berlindung dari air bah yang dahsyat itu kecuali kapal Nabi Nuh yang telah terisi penuh dengan para orang mukmin dan pasangan makhluk yang diselamatkan oleh Ayahnda Nuh a.s. atas perintah Allah s.w.t.

Dengan iringan "Bismillah majraha wa mursaha" belayarlah kapal Nabi Nuh dengan lajunya menyusuri lautan air, menentang angin yang kadang kala lemah lembut dan kadang kala ganas dan ribut. Di kanan kiri kapal terlihatlah orang-orang kafir bergelut melawan gelombang air yang menggunung berusaha menyelamat diri dari cengkaman maut yang sudah sedia menerkam mereka di dalam lipatan gelombang-gelombang itu.

Firman Allah s.w.t. dalam surah Huud ayat  40 hingga 42.

“Hingga apabila perintah Kami dating dan dapur (permukaan bumi yang memancarkan air hingga menyebabkan timbulnya taufan) telah memancarkan air, Kami berfirman, ‘Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman.’ Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit (40). Dan Nuh berkata : ‘Naiklah kamu sekalian kedalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya.’ Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (41). Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya (nama anak Ayahnda Nuh a.s. yang kafir itu Kan’aan, sedang putra-putranya yang beriman ialah Sam, Ham dan Yarfis) – sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil : ‘Hai anakku, naiklah (kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir(42).”


Tiada ulasan:

Catat Ulasan