Assalamu’alaikum..wrt,
bersua kembali kita dalam sambungan kisah Ayahnda Nuh a.s. Hamba doakan agar
saudara/i sekalian dapat meluangkan sedikit masa untuk menatapi coretan hamba
yang sekadarnya ini. Semoga kita semua dirahmati oleh Allah s.w.t.
Sebelum
kita melihat pengajaran dan tauladan dari kisah Ayahnda Nuh a.s. ini, di sini
hamba nukil sedikit kisah yang ada kaitan dengan peristiwa selepas mendaratnya
Bahtera Nuh a.s. Sekalian kita sedia maklum dan menyakini bahawa setelah
surutnya banjir terbesar maka yang selamat dan mewarisi permukaan bumi ini
terdiri daripada manusia yang beriman kepada Allah s.w.t dan kesemua mereka
menjadi pengikut Nabi Nuh a.s.
Daripada
jumlah 83 orang muslim yang menaiki bahtera sebelum banjir berlaku dan setelah
surutnya banjir tersebut mungkin jumlah orang yang beriman bertambah kepada
ratusan orang jumlahnya setelah berlaku beberapa kelahiran dari beberapa puluh
pasangan muslim didalam bahtera tersebut. Begitu juga jumlah haiwan-haiwan yang
berpasang-pasangan mungkin jumlah anak-anak dari setiap pasangan haiwan
semuanya yang berada di dalam bahtera telah membiak dengan banyaknya.
Wallahu’alam.
Hamba
tidak bermaksud hendak menceritakan kisah bertambahan orang muslim atau membiaknya
binatang jinak dan liar dalam bantera Ayahnda Nuh a.s. tetapi di sini hamba
akan ingin menceritakan tentang keturunan ayahnda Nuh a.s. yang beriman. Ada pun anakanda Ayahnda
Nuh a.s. yang terselamat dan beriman adalah Ham, Sam dan Yarfis manakala Ka’aan
telah tengelam dalam banjir tersebut.
Ham
menurunkan bangsa Habsyi dan Zangi yang berkulit hitam. Sam menurunkan bangsa
Arab Rumawi dan Ajam. Yarfis menurunkan bangsa Turki Barbar, Mongol dan bangsa
Ya’juj Ma’juj. Ada
juga riwayat mengatakan Ayahnda Nuh a.s. Cuma mempunyai dua orang anak yang
terselamat yakni Ham dan Yarfis. Ham menjadi raja di Mesir dan Yarfis menjadi
raja di Hindustan . Wallahu’alam.
Sebuah
riwayat menceritakan sebelum berlaku banjir besar, Yarfis berkahwin dan
mendapat anak bernama Aaj, Aaj mempunyai anak Auj namanya, dan Auj mempunyai
anak Unuk namanya. Anak ini (Unuk) tinggi besar, dapat dikatakan manusia
gergasi. Maka Unuk inilah diceritakan di zaman Ayahnda Nuh a.s. disuruh
mengambil pohon kayu yang terbesar di negeri Mesir atau Asia
untuk dibuar bahtera (kapal). Ayahnda Nuh a.s. adalah orang yang panjang
umurnya di dunia. Menurut riwayat orang dulu sangat panjang umurnya dan
besar-besar saiz tubuhnya. Akan tetapi yang paling terbesar badannya dan paling
tinggi di dunia di waktu itu ialah Unuk, namun Unuk ini tidak mempunyai fikiran
seperti orang dewasa.
Konon
ceritanya ketika terjadi banjir besar Unuk ini tidak tenggelam. Unuk ini lebih
panjang umurnya dari Moyangnda-nya Nuh a.s. Menurut cerita kematian Unuk itu di
zaman nabi Musa a.s. Dikhabarkan, pada suatu ketika Unuk datang ke negeri Rum,
dan berkata kepada Raja di situ, “Tuan Raja, cubalah tuan carikan seorang gadis
untuk saya kahwin. Tapi awas jika tuan tidak dapat memenuhi kehendak saya, akan
saya karamkan negeri tuan dengan air laut ini.”
Bukan
main terperanjatnya Raja mendengar kata Unuk itu. Fikirnya dimana mungkin dapat
dicari seorang gadis yang besarnya seperti Unuk. Akan tetapi Raja tidak
kehabisan akal. Raja meminta tempoh sampai 12 tahun untuk mencari gadis yang dimintanya.
Rupanya Unuk sabar menunggu. Kemudian Raja mengumpulkan ahli pembuat patung di
seluruh dunia untuk membuat patung raksasa (gergasi). Disuruhnya pahat sebuah
gunung batu, dipahat dan diukir menyerupai seorang gadis cantik sedang tidur
terlentang.
Demikianlah
raja mengerahkan ahli pemahat patung untuk membuat patung tersebut. Lalu mereka
memahat sebuah gunung batu dilukiskan seperti seorang gadis cantik. Perut
patung dikorek. Hamper dua belas tahun, selesailah patung itu, dalam perut
patung itu diisi daging mentah yang dimasukkan dari liang kemaluan patung itu.
Maka tidak sedikit pengisian daging yang masuk kedalam perut patung itu.
Kemudian setelah itu lalu dipanggillah Unuk dan ditunjuki kepadanya tempat
gadis yang ia minta itu.
Bukan
buatan girangnya hati Unuk melihat patung itu, cantik dan menggairahkan.
Sehelai benang pun tidak ada menutupi tubuhnya. Unuk tidak dapat menahan
birahinya, lalu di jima’nya patung itu dan kemudian itu ia pergi tidak kembali
lagi.
Maka
dengan takdir Tuhan Robbul‘alamin, air mani Unuk yang tertumpah dalam perut
patung bercampur daging, lalu menjadi busuk dan berulat sebesar tubuh bayi
manusia. Lama kelamaan ulat itu jadi kepompong, maka dari kepompong-kepompong
itu menetas menjadi anak manusia yang sempurna. Inilah asal-usulnya bangsa Ya’juj Ma’juj. Setelah menetas semuanya
dan mereka merasa lapar, lalu keluar mencari makan. Dengan melalui liang
kemaluan patung itulah merupakan pintu goa bagi mereka keluar masuk, mereka
keluar memakan apa saja yang mereka temui, terutama binatang-binatang ternak
yang menjadi sasaran mereka.
Maka
pada zaman Iskandar Dzulqornain, ditutup pintu goa itu dengan demikian mereka
tidak dapat keluar mengganggu lagi. Dan pada saat kiamat hampir tiba, mereka
dapat keluar setelah tutupan itu hancur di korek mereka.
Demikianlah
keterangan dalam kitab Kasyful Ghaibiah. Wallahu’alam.
Berbalik
kepada tauladan dari kisah Ayahnda Nuh a.s. terdapat 4 tauladan dan pengajaran
yang boleh kita sama-sama menghayatinya dan menggambil iktibar darinya.
1. Kebenaran di antara Hakikat Ilmiah terbukti didalam Al-Quran.
Sesungguhnya,
Al-Quran itu menurut sifatnya adalah qudrat Allah di alam ini yang mengandungi
pengertian luas sesuai dengan sifatnya. Al-Quran diungkapkan dengan jitu,
mendalam dan dapat difahami oleh orang Arab sejak 14 abad yang lalu sesuai
dengan kemampuan jangkauan akal mereka. Juga difahami oleh orang-orang moden
secara actual, sesuai dengan bekal ilmu dan pengetahuan yang dimiliki, dan
sesuai dengan penemuan ilmiah di seantero dunia ini. Di dalam Al-Quran banyak
sekali contoh namun akan kita batasi dengan dua contoh yang berkenaan dengan
kisah Ayahnda Nuh a.s. Diterangkan di dalam Al-Quran,
“Dan
Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai
pelita”.
(Surah Nuh ayat 16)
Allah
menerangkan bahwa matahari adalah bagaikan pelita yang dapat menerangi dengan
nyala api yang ditimbulkan oleh bahan baker minyak atau spiritual. Dikatakan
bahwa pelita itu adalah sumber cahaya (dapat menimbulkan cahaya dengan sendirinya
bukan memantulkan cahaya yang datang dari benda lain). Ilmu pengetahuan juga
menerangkan bahwa matahari adalah planet yang bersinar, memancarkan cahayanya
kepada planet-planet lain. Termasuk bulan yang pada waktu malam kelihatan
bercahaya, sebenarnya bulan bukan sumber cahaya. Tetapi bulan sebagai pemantul
sinar yang datang dari matahari ke planet bumi. Tepat sekali istilah Al-Quran
yang mengatakan bahwa bulan itu adalah Nur (cahaya) bukan siraaj (pelita),
kerana bulan adalah benda yang tidak mengeluarkan nyala api, atau dapat
dikatakan bahwa bulan adalah satelit bumi yang gelap.
Bersambung,
InsyaAllah.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan